“Ini suratnya. Raport Agam juga sudah ada didalam. Kau Agam, rajin-rajinlah belajar nanti di Aceh,” kata Pak Lukman sembari menyodorkan map kertas itu kepada bapak. Kepalaku diusap-usap Pak Lukman.
“Baik Pak, saya akan rajin belajar,” jawabku memandang orangtua itu.
Sejenak suasana hening. Pak Lukman memandangku dan memandang bapak bergantian.
“Ayo, minumlah. Habiskan ya,” kata Pak Lukman lagi.
“Sudah, Pak. Oh ya Pak, anu... anu...”
“Anu apa, Pak?” tanya Pak Lukman.
“Anu Pak... anu...”
“Ayo, katakanlah. Tak usah Bapak sungkan menyampaikannya kepada saya.”
“Iya Pak, anu... Oh iya, anu...”
Pak Lukman tersenyum memandang wajah bapak yang terlihat lucu dan salah tingkah.
“Bapak ingin menyampaikan apa?” ulangnya lagi.