“Oi! Kalian mau adu layangan dengan kami? Harus mau! Oke?!” hardik si Ucok.
Bondan melihat kedatangan mereka, ia berdiri seketika.
“Eh, Ndan. Tuh anak mana? Orang baru di sini, ya?” tanya Ateng sembari menunjukkan tangan kirinya ke arahku.
Aku yang ditunjuk diam. Tubuhku yang kecil menggigil melihat tubuh mereka yang besar-besar.
“Ini si Agam. Kawanku. Mau apa kalian?” balas Bondan.
“Oo, teman Kau, ya? Kalau begitu ayolah kita kerjai dia. Kita buka celananya!” tambah Dodon menakut-nakuti aku. Aku bertambah menggigil. Mereka tertawa mengejek.
“Awas kalau kalian berani ganggu dia!” teriak Bondan. Tawa keempat anak itu berhenti. Kecut juga agaknya mereka digertak Bondan yang tak kalah besar badan dan suaranya.
Walau demikian, mereka belum beranjak pergi. Layanganku ingin dirampas Dodon. Bondan menghadang. Hampir terjadi dorong-dorongan.
Ketika teman Dodon mendekati Bondan. Mereka akan mengeroyok Bondan. Aku ketakutan. Tapi Bondan tenang saja. Tak sedikit pun kulihat dia takut atau mundur langkah ke belakang.
“Pengecut kalian, beraninya main keroyok. Kalau berani, ayo satu lawan satu!” tantang Bondan. Keempat anak itu diam. Saling melirik. Aku tak mau terjadi apa-apa terhadap Bondan, walau dia berani.
“Eh, tunggu. Tunggu!” teriakku kemudian. Aku beranikan diri bersuara.