Tak hanya Raja Pulau Punjung, Tuanku Sati, yang bercerita bahwa Dharmasraya sebagai pusat jalur rempah perdaban dunia, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, ST M Taufik SE MM Â juga mengatakan hal yang sama, bahwa Batanghari aliran sungai yang mulai dari hulu sampai ke muaranya banyak menyimpan catatan sejarah, terutama yang berkaitan dengan peradaban Melayu.
Selain itu, Sungai Batanghari menjadi akses utama, dalam perdagangan rempah-rempah dikala itu, mulai dari hulu Solok Selatan, hingga sampai ke hilir Muarasabak, Provinsi Jambi hingga ke Malaysia.
"Kita akan mengembalikan kejayaan Sungai Batanghari sebagai jalur rempah peradaban dunia, saat ini, kita tengah mengajukan ke UNESCO, agar Sungai Batanghari yang terbentang sepanjang 800 KM menjadi warisan dunia dan sebagai pusat jalur rempah Sumatra yang keberadaanya dilindungi sebagai sebuah budaya kemaritiman dunia,"tegasnya.
Dijelaskan oleh ST Taufik, selain sebagai jalur rempah peradaban dunia, dulu Sungai Batanghari juga dijadikan sebagai jalur perjuangan PDRI.
"Jalur Sungai Batanghari juga punya peran yang besar dalam sejarah perjuangan PDRI pada tahun 1948, Sungai Dareh menjadi tempat perhentian ketua PDRI, Â Mr Syafrudin Prawira Negara dan rombongan,"jelasnya.
Kata St Taufik, para pejuang PDRI pada saat itu memanfaatkan jalur Sungai Batanghari untuk membawa bekal para pejuang menuju Solok Selatan dalam rangka menyusun strategi kedepan.
"Sungai dikala itu menjadi jalur alternatif para terdahulu mulai dari zaman melayu kuno hingga sekarang dan tentu masa kejayaan Sungai Batanghari ini akan kita kembalikan,"tandasnya. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H