Ranah cati nan Tigo (Dharmasraya) merupakan pusat perdagangan rempah rempah melalui jalur Sungai Batang hari, mulai dari Solok Selatan sampai ke Muaro Sabak Jambi dan bahkan sampai ke malaysia perdagangan rempah rempah melalui jalur sungai hanya menggunakan perahu dayung dan ini dilakukan setelah Pamalayu..
Setelah Pamalayu barulah berdiri sebuah kerajaan di Dharmasraya yaitu Cati nan tigo seperti yang ditulis diatas, yang mana hasil rempah rempah yang ada di Ranah Cati Nan Tigo.
Untuk membuktikan bahwa Dharmasraya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dunia, kata Rajo Pulau Punjung, nenek moyang kita dulu, yang menjabat sebagai Raja Pulau Punjung, yang saat ini, saya sebagai generasi berikutnya yang mendapatkan gelar Raja Pulau Punjung.Â
Dalam cerita turun temurun yang saya ketahui, Raja Pulau Punjung dikala itu wakil Pagaruyung dalam mengawasi kawasan timur Minangkabau yang disebut sebagai "camin taruih" untuk mengutip hasil rempah rempah yang ada di Timur Minangkabau tepatnya di Dharmasraya.
"Jadi Raja Pulau Punjung yang memiliki wewenang untuk mewakili Raja Pagaruyung, mengutip hasil rempah di wilayah Timur, Minangkabau, " bebernya.
Dirinya, Tuanku Sati, berasal dari  Kacapuri, berhak dan berkuasa penuh atas nama rajo Pagaruyung, untuk menyelesaikan semua persoalan yang terjadi dikawasan Timur Minangkabau dan pengutipan hasil Rempah yang ada di Cati nan tigo. Bukan itu saja, Tuanku Sati juga punya kuasa dalam penyelesaian persoalan yang timbul dengan
Jambi, setelah ada suatu persetujuan antara Minangkabau dengan Jambi di zaman dulu, yang diperoleh dalam perundingan di Pulai, Sitiung.
Kemudian, kata Tuanku Sati, pada tahun 65 mulailah ada perahu bermesin yaitu perahu tempel, dan perahu tersebut untuk mempermudah proses penjualan rempah rempah pada saat itu..
Hingga saat ini perahu tempel menjadi alat transportasi di Sungai Batanghari guna mengangkut hasil bumi rempah rempah seperti Jahe, kulit manis, dan berbagai jenis hasil kebun lainya.Â
Kenapa Dharmasraya menjadi incaran yang tak hanya dari Kerajaan Majapahit saja, dikarenakan Dharmasraya terletak di daerah strategis yang merupakan tempat bertemunya perdagangan asing di Selat Malaka yang ingin mencari rempah-rempah, lada yang saat itu merupakan komoditi sangat laris untuk diperdagangkan.
Tak hanya rempah-rempah, lada yang menjadi komoditi dalam perdagangan itu. Ada juga lilin lebah, gading, tanduk burung enggang, kayu garu, damar kayu tusam dan tanduk badak juga menjadi komoditi yang sangat laris di pasar.