Solidaritas Sosial dan Pembangunan Berkelanjutan
Salah satu solusi yang dapat diambil dari pemikiran Ibnu Khaldun adalah perlunya memperkuat asabiyyah di dalam masyarakat Indonesia. Solidaritas sosial yang kuat antaranggota masyarakat dapat menjadi pilar penting untuk mengatasi kemiskinan.
Dalam konteks ini, asabiyyah tidak hanya berarti solidaritas di dalam kelompok kecil seperti keluarga atau suku, tetapi juga dalam konteks masyarakat yang lebih luas seperti antarwarga negara.
Apabila solidaritas ini terjalin, maka distribusi kekayaan dan sumber daya akan menjadi lebih merata, serta ketimpangan sosial bisa diminimalisasi.
1. Penguatan solidaritas sosial melalui pendidikan
Pendidikan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk membangun solidaritas sosial. Dengan pendidikan yang merata, masyarakat akan lebih mudah memahami pentingnya kerjasama dan saling membantu.Â
Selain itu, pendidikan juga memberikan kemampuan kepada individu untuk keluar dari kemiskinan dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Oleh karena itu, reformasi pendidikan yang inklusif dan berkualitas adalah langkah pertama yang harus diambil dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Kendati demikian, pendidikan bukan hanya tentang formalitas sekolah. Pendidikan karakter dan pelatihan sosial yang mengajarkan nilai-nilai asabiyyah, gotong royong, dan saling membantu juga sangat penting. Hal ini bisa dimulai sejak dini, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun komunitas lokal.
2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
Ibnu Khaldun menekankan pentingnya kestabilan ekonomi untuk kemajuan peradaban. Dalam konteks Indonesia, salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan memberdayakan ekonomi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang terpinggirkan.