Dalam jangka pendek, konsumsi ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan aktivitas produksi dan lapangan kerja.
Namun di sisi lain, kecenderungan konsumtif yang berlebihan tanpa memperhatikan tabungan atau investasi dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi, dan menjadi masalah dalam jangka panjang.
Ketergantungan pada konsumsi dapat mengurangi potensi tabungan dan investasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tekanan Sosial dan Pengaruh Media Sosial
Salah satu alasan utama mengapa generasi muda Indonesia terjerat dalam perilaku konsumtif adalah tekanan sosial yang datang melalui media sosial.
Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube kerap menjadi sarana bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui konsumerisme.
Misalnya, banyak influencer yang memamerkan barang-barang mewah atau gaya hidup tertentu yang menjadi aspirasi bagi banyak anak muda.
Ini menciptakan apa yang disebut dengan 'konsumsi simbolik', dimana pembelian barang lebih dilihat sebagai alat untuk menunjukkan status sosial atau identitas daripada sekedar pemenuhan kebutuhan.
Dalam teori Keynes, konsumsi yang berlebihan tanpa mempertimbangkan kestabilan pendapatan atau tabungan dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
Tetapi dalam konteks ini, perilaku konsumtif yang dipengaruhi oleh media sosial tidak hanya berisiko bagi kestabilan individu, melainkan dapat menciptakan distorsi dalam pola konsumsi sosial secara keseluruhan.
Dengan demikian, generasi muda lebih cenderung mengejar tren yang bersifat sementara, dan pada gilirannya dapat memperburuk kesenjangan ekonomi antara kelompok yang mampu dan yang tidak mampu mengikuti tren tersebut.