Soekarno mengkritik sistem kapitalisme yang dianggapnya sebagai penyebab ketidakadilan dan kesenjangan sosial di Indonesia.
Selain itu, ia menyatakan bahwa kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang, sementara mayoritas rakyat Indonesia tetap hidup dalam kemiskinan.
Sosialisme Indonesia, menurut Soekarno, adalah sistem yang harus menempatkan rakyat sebagai pusat dari seluruh pembangunan ekonomi dan sosial dengan mengutamakan kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap sesama.
Namun demikian, konsep sosialisme Soekarno juga mencakup kebebasan politik dan kebebasan individu yang menjadi bagian integral dari perjuangan revolusi Indonesia.
Soekarno menekankan bahwa Indonesia harus membangun ekonomi yang berbasis pada keadilan sosial, kebebasan berpikir dan berbicara tetap harus dijaga, karena itulah yang akan mendorong masyarakat untuk terus berkembang dan berinovasi.
Pentingnya persatuan dan keberagaman dalam revolusi
Soekarno sering kali menekankan bahwa keberagaman Indonesia adalah kekuatan, bukan kelemahan.
Dalam buku Dibawah Bendera Revolusi, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu kendati berbeda-beda latar belakang etnis, agama, dan budaya.
Soekarno menyebutkan bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak suku, bahasa dan agama, namun semua itu harus disatukan dalam semangat persatuan dan kebangsaan.
Selain itu, ia berusaha menghilangkan sekat-sekat yang membatasi rakyat Indonesia berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dan menggantikannya dengan semangat nasionalisme yang mengedepankan kesatuan dalam keragaman.
Menurutnya, hanya dengan bersatu, Indonesia dapat menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan cita-cita revolusi, yang bukan hanya sekedar kemerdekaan, tetapi juga pembebasan dari ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan penjajahan ekonomi.