Barton mengungkapkan bagaimana Gus Dur sebagai Presiden, berusaha untuk mengurangi pengaruh militer dalam politik Indonesia dan memperkenalkan kebijakan yang lebih terbuka serta memberikan kebebasan kepada media massa.
Di bawah pemerintahan Gus Dur, Indonesia mengalami banyak perubahan signifikan. Selain membuka ruang bagi kebebasan pers, Gus Dur juga berusaha mewujudkan sistem politik yang lebih terbuka dan demokratis.
Gus Dur memulai langkah-langkah reformasi dengan membersihkan birokrasi dari praktik korupsi dan memberi kebebasan kepada masyarakat untuk menyuarakan pendapat tanpa takut akan intimidasi.
Namun dalam menjalankan demokrasi, Gus Dur tidak pernah mengabaikan nilai-nilai Islam yang ia anut.
Menurut Barton, Gus Dur memandang demokrasi sebagai suatu sistem yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan dapat dipandang sebagai jalan untuk mewujudkan kebaikan bersama dalam masyarakat.
Oleh karena itu, Gus Dur selalu menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik dan pengambilan keputusan.
Kritik dan Kontroversi dalam Kepemimpinan Gus Dur
Disatu sisi Gus Dur mendapat banyak pujian atas komitmennya terhadap demokrasi dan pluralisme, namun disisi lain, tidak sedikit pula yang mengkritik kebijakannya.
Salah satu kritik utama yang disorot Barton adalah ketidakmampuan Gus Dur dalam mengelola situasi politik yang penuh intrik dan ketegangan.
Keputusan-keputusan Gus Dur yang kontroversial sering kali menimbulkan konflik dengan kekuatan politik lainnya, baik di dalam kabinet maupun dengan partai-partai politik besar.
Ketidakmampuannya untuk mengelola krisis politik secara efektif (era transisi reformasi). Misalnya, dalam menangani masalah ekonomi dan krisis moneter pada saat pemerintahannya, menyebabkan ketidakstabilan politik yang berujung pada pemakzulan dirinya.