Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Book

Greg Barton: Biografi Gus Dur

20 Desember 2024   20:44 Diperbarui: 20 Desember 2024   23:52 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barton mengungkapkan bagaimana Gus Dur sebagai Presiden, berusaha untuk mengurangi pengaruh militer dalam politik Indonesia dan memperkenalkan kebijakan yang lebih terbuka serta memberikan kebebasan kepada media massa.

Di bawah pemerintahan Gus Dur, Indonesia mengalami banyak perubahan signifikan. Selain membuka ruang bagi kebebasan pers, Gus Dur juga berusaha mewujudkan sistem politik yang lebih terbuka dan demokratis.

Gus Dur memulai langkah-langkah reformasi dengan membersihkan birokrasi dari praktik korupsi dan memberi kebebasan kepada masyarakat untuk menyuarakan pendapat tanpa takut akan intimidasi.

Namun dalam menjalankan demokrasi, Gus Dur tidak pernah mengabaikan nilai-nilai Islam yang ia anut.

Menurut Barton, Gus Dur memandang demokrasi sebagai suatu sistem yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan dapat dipandang sebagai jalan untuk mewujudkan kebaikan bersama dalam masyarakat.

Oleh karena itu, Gus Dur selalu menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik dan pengambilan keputusan.

Kritik dan Kontroversi dalam Kepemimpinan Gus Dur

Disatu sisi Gus Dur mendapat banyak pujian atas komitmennya terhadap demokrasi dan pluralisme, namun disisi lain, tidak sedikit pula yang mengkritik kebijakannya.

Salah satu kritik utama yang disorot Barton adalah ketidakmampuan Gus Dur dalam mengelola situasi politik yang penuh intrik dan ketegangan.

Keputusan-keputusan Gus Dur yang kontroversial sering kali menimbulkan konflik dengan kekuatan politik lainnya, baik di dalam kabinet maupun dengan partai-partai politik besar.

Ketidakmampuannya untuk mengelola krisis politik secara efektif (era transisi reformasi). Misalnya, dalam menangani masalah ekonomi dan krisis moneter pada saat pemerintahannya, menyebabkan ketidakstabilan politik yang berujung pada pemakzulan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun