Dengan rendahnya partisipasi pemilih dalam Pilkada serentak 2024, kita sebenarnya sedang memainkan"permainan" yang berbahaya. Demokrasi yang seharusnya melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan, kini menjadi ajang elit yang semakin terpisah dari kebutuhan dan suara masyarakat.
Apabila kita terus mengabaikan pentingnya partisipasi politik, kita akan mengirimkan pesan bahwa demokrasi Indonesia hanya akan menjadi sebuah nama besar yang kehilangan substansinya.
Demokrasi yang seharusnya menjadi ruang bagi rakyat untuk terlibat dalam keputusan-keputusan besar, bisa dengan mudah tergantikan oleh sistem yang lebih otoriter atau manipulatif, yang sebetulnya jauh dari prinsip-prinsip dasar demokrasi.
Pada akhirnya, rendahnya partisipasi Pilkada serentak 2024 bukan hanya menunjukkan apatisme masyarakat, tetapi juga memperlihatkan sebuah ancaman besar dan nyata bagi demokrasi Indonesia yang semakin terpinggirkan oleh ketidakpercayaan dan ketidakpedulian.
Inilah saatnya bagi kita untuk merenung, apakah kita ingin terus melanjutkan demokrasi yang "hanya ada di KTP" atau benar-benar memperjuangkan demokrasi yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Apakah kita merayakan pesta rakyat atau merayakan pesta elit dan oligarki? Wallahu 'alam bissawab.
Referensi
Freedom House. (2022). Freedom in the World 2022.
Inglehart, R. (2020). World Values Survey. World Values Survey Association.
Suryana, A. (2022). Partisipasi Pemilih dan Politik Uang dalam Pilkada Serentak 2020. Jurnal Ilmu Politik, 12(3), 112-130.
The Indonesian Survey Institute. (2023). Tren Partisipasi Politik dalam Pemilu: Sebuah Analisis.
The World Bank. (2023). The State of Democracy and Governance in Southeast Asia. World Bank Publications.