Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia | Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Nasional

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Rendahnya Partisipasi Pilkada Serentak 2024, Ancaman Serius bagi Demokrasi Indonesia

5 Desember 2024   18:25 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:50 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://lampost.co/lamban-pilkada/tingkat-partisipasi-pilkada-2024-rata-rata-di-bawah-70/

Mengapa demikian? Di tengah maraknya politik uang dan praktik kampanye yang lebih sering memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan hoax dan informasi palsu, bagaimana mungkin rakyat bisa memiliki kepercayaan pada proses Pemilihan?

Hal ini terekam jelas dalam studi Freedom House (2022), yang menunjukkan bahwa kualitas Pemilu maupun Pilkada di Indonesia, meski suda mengalami peningkatan, namun masih menghadapi masalah serius terkait ketidaktransparanan dan potensi manipulasi.

Ini tidak hanya merujuk pada tingkat kejujuran Pemilu maupun Pilkada, tetapi juga tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses tersebut. Ketika politik uang menjadi faktor penentu di banyak daerah, partisipasi pemilih yang rendah bukanlah hal yang mengejutkan.

Apabila calon kepala daerah lebih memilih untuk membagi amplop ketimbang berdebat soal visi, misi dan program, maka apa yang bisa kita harapkan bagi demokrasi kita?

Ancaman terhadap Keberlanjutan Demokrasi

Jika partisipasi politik masyarakat semakin menurun, maka kita sedang melangkah menuju kemunduran demokrasi. Dalam konteks Pilkada serentak 2024, hal ini bisa berujung pada hilangnya legitimasi pemimpin daerah.

Pemimpin yang terpilih tidak lagi mewakili mayoritas masyarakat, melainkan hanya segelintir suara yang mampu dimobilisasi oleh kekuatan politik tertentu.

The World Bank (2023) memberikan pengertian bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif dari rakyat dalam memilih pemimpin dan membuat keputusan politik.

Partisipasi yang rendah menciptakan jarak antara pemimpin dan masyarakat. Ini membuka peluang bagi pengaruh eksternal seperti korporasi atau kelompok kepentingan tertentu, untuk memanipulasi hasil Pilkada demi keuntungan mereka sendiri.

Dengan demikian, bukan hanya merusak legitimasi Pemilihan, tetapi juga mengurangi kualitas pemerintahan dan membahayakan keberlanjutan demokrasi.

Demokrasi di Ujung Tanduk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun