Mohon tunggu...
Fuan Lara
Fuan Lara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pekerja Lepas

hobi saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Antropologi: Refleksi Artificial Intelligence dalam Lingkungan Pendidikan

29 Mei 2023   13:49 Diperbarui: 29 Mei 2023   14:23 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tetapi, berakar pada nilai etika ayat tersebut, manusia tidak akan bisa menyamai kuasa Tuhan. Dengan demikian, perlu dipahami bahwa penggunaan AI harus disertai dengan nalar kritis, etika, dan spiritual. Sehingga tidak ada penyalahgunaan dalam penggunaan AI terlebih dalam bidang pendidikan.

Untuk itu, benteng moral penggunaan AI tidak hanya berakar dari sisi hukum dan norma sosial saja. Tetapi, nilai spiritual agama juga perlu dipertimbangkan. Daya kritis terhadap sesuatu yang diciptakan manusia sendiri tentu tidak akan pernah bisa menyamai daya cipta Allah. 

Maka dari itu, penggunaan AI dalam bidang pendidikan perlu dikritisi, sehingga kita tidak mudah percaya dengan apa yang disampaikan oleh peramban AI. Di sisi lain, kita bisa memanfaatkan AI untuk membantu kita dalam pekerjaan akademis. Yaitu, menjadikan AI sebagai bahan referensi dalam mencari ide ataupun menjadi co-writer dalam proses penyusunan tugas ilmiah. Tetapi, catatan pentingnya adalah dengan mempertimbangkan sisi hukum, moral, nilai sosial, dan spiritual.

Kesimpulan

Kebiasaan penggunaan AI dalam dunia akademis, menurut perspektif Couldry (2003), termasuk ke dalam kebiasaan yang dilandaskan oleh nilai. Peramban kecerdasan buatan memiliki kemampuan untuk memberikan efisiensi dalam mendapatkan dan mengolah data menjadi bahan tulisan bagi penggunanya. Namun, keberadaan AI ini menimbulkan dilema etika yang memberikan ketergantungan pada teknologi. Pun ketergantungan tersebut mampu mempengaruhi daya manusia dalam mengerjakan pekerjaan. Untuk itu, muncul saran dari para peneliti untuk tidak terlalu bergantung pada keberadaan AI. Pengguna perlu kritis dalam menggunakan peramban AI.

Selain kritis, pengguna perlu memahami nilai moral dan sosial yang tidak dimiliki oleh AI. Kendati di masa depan AI akan melebihi kecerdasan manusia karena akumulasi pengetahuan yang sifatnya lebih awet, tetapi hal tersebut tidak bisa menggantikan norma yang dimiliki manusia. Tidak berhenti di sana, terdapat pula etika spiritual yang diperlukan untuk menambal kekosongan dalam dilema etika pada penggunaan AI. Hal ini diperlukan untuk memahami bahwa ciptaan manusia tidak akan bisa menyamai kuasa Tuha. Sehingga benteng moral dan etika ini mampu memberikan pengguna kesadaran selama menggunakan atau memanfaatkan AI dalam lingkungan pendidikan.

Penulis: Muhammad Naufal Rabbani/072011733038

Daftar Pustaka

Ahuja, S. (2021) Muslim scholars are working to reconcile Islam and AI, Wired. Available at: https://www.wired.co.uk/article/islamic-ai (Accessed: 16 May 2023).

Bakry, U. S. (2017) ‘Pemanfaatan Metode Etnografi dan Netnografi Dalam Penelitian Hubungan Internasional’, Jurnal Global dan Strategis, 11(1).

Bo Zhang, Jun Zhu, H. S. (2023) ‘Toward the Third Generation Artificial Intelligence’, Information Science, 6, pp. 1–19. doi: https://doi.org/10.1007/s11432-021-3449-x.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun