Melihat fenomena perkembangan teknologi yang ditunjukkan dengan hadirnya kecerdasan buatan menunjukkan bahwa muncul budaya atau kebiasaan baru di lingkungan digital. Sebagai wujud untuk melihat potensi keuntungan dan risiko yang akan hadir di masa depan, antropologi memiliki peran untuk membangun sebuah kesadaran dalam lingkungan digital.Â
Kehadiran AI dalam lingkungan digital membuat manusia bergantung kepada teknologi karena efektivitas yang luar biasa untuk mendapatkan informasi. Efisiensi tersebut menjadi kekhawatiran akan tergantikannya posisi manusia dalam dunia pekerjaan.Â
Maka dari itu, lewat perspektif antropologi, manusia bisa kembali menemukan kesadarannya dan tidak jatuh ke dalam ketergantungan pada teknologi. Untuk itu, terdapat disiplin atau cabang dari antropologi yang terkait dengan hal tersebut, yaitu antropologi media.
Media merupakan medium fenomena kultural dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat menemukan bagaimana proses konsumsi media di dalam keseharian. Selepas bangun dari tidur, sering kali kita langsung membuka ponsel pintar kita dan mendapatkan notifikasi berita terbaru yang sedang hangat diperbincangkan.Â
Informasi masuk secara bebas dengan kemajuan teknologi saat ini. Tidak jarang, kita susah untuk mencerna informasi yang begitu banyaknya karena kita sudah kebanjiran informasi. Oleh karenanya, secara tidak langsung kita selalu berhadapan dengan media baik itu media massa atau media sosial. Kehidupan yang sudah terintegrasi dengan perkembangan teknologi membuat masyarakat tidak bisa lepas dengan konsumsi media. Entah itu bertujuan untuk hiburan, keperluan bekerja, membagi informasi, bahkan pendidikan sekalipun.Â
Jika mengacu kepada penjelasan Couldry (2003), media memiliki fungsi untuk menumbuhkan imajinasi seseorang agar terhubung dengan dunia sosial. Antropologi media merupakan upaya untuk menghasilkan kesadaran dalam melihat kenyataan dalam masyarakat bahwa media dan antropologi saling berkaitan. Dalam hal ini, antropologi media menerapkan perspektif semiotika dalam melihat media sebagai alat untuk menginvestigasi sebuah tayangan di dunia digital.Â
Pun, saat ini media menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga secara tidak langsung ini bisa disebut sebagai fenomena kultural. Maka dari itu, peran antropologi saat ini penting dalam melihat perkembangan dunia digital termasuk AI yang merambah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga secara umum, antropologi media mampu melihat konstruksi yang terjadi dalam realitas dunia digital, pula mampu menangkap sebuah praktik dalam masyarakat digital terhadap fenomena dalam lingkungan digital atau maya.
Terdapat tiga pendekatan dalam terminologi media dan ritual yakni tindakan kebiasaan, formalisasi tindakan, dan tindakan yang berlandaskan nilai (Couldry, 2003). Pada pendekatan tindakan kebiasaan, seseorang akan cenderung melakukan aktivitas yang berulang tanpa mengerti makna di baliknya. Pendekatan kedua tentang formalisasi tindakan berarti kebiasaan yang sudah dilakukan itu memiliki makna tertentu di dalam keseharian, sehingga kebiasaan tersebut menjadi sebuah keharusan yang dilakukan oleh seseorang.Â
Sedangkan, pendekatan yang ketiga lebih detail ke arah makna dan tujuan yang mengarahkan seseorang untuk melakukan kebiasaan tertentu. Dengan demikian, tujuan dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan pola perilaku penggunaan peramban AI dalam hal pendidikan di lingkungan internet melalui perspektif media dan ritual oleh Nick Couldry.
Media teknologi dalam dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan teknologi memberikan efisiensi dalam melakukan proses belajar dan mengajar. Keberadaan AI saat ini menunjukkan manfaatnya pada proses terebut. Sehingga hal ini mampu menghasilkan sebuah kebiasaan baru di era digital bahwa teknologi AI memberikan bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan manusia. Jika melihat dari pendekatan Couldry tentang tindakan kebiasaan yang berlandaskan nilai, maka rutinitas dalam berinteraksi dengan peramban AI dilakukan dengan adanya dorongan nilai.
Ketika seseorang sudah berada pada tahapan tersebut, umumnya seseorang tersebut akan mengakses peramban dengan AI sebagai bagian dari kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut ditunjukkan pada informan pertama yang menjelaskan bagaimana ia menggunakan kecerdasan buatan dalam kegiatan sehari-hari.Â