Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - Pengen Manfaat aje

Aku suka nulis, bagiku penulis dihargai, baik dari pikiran, harapan, jiwa, nurani, serta ide. Segala yg ada dalam tubuh kita, kita sampaikan. Aku nulis dan suka kayak hamka, apalagi bang pi'ie. Nulis, dan terus membela kebenaran. Kayak pendekar dan jago yang membela segala prinsip kebenaran. Celengireng yang berdosa dan banyak nyampah kayak aye juga bisa bergune nih. Celeng yang busuk dan bersiung mampu mengubah keadaan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jodoh di Gadang

29 Juli 2022   09:18 Diperbarui: 29 Juli 2022   09:24 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah keluar dari goa di Merapi. Pasmi Stres berlari menuruni Merapi yang terjal. Dia   seperti seorang pelaut berlayar di lautan. Setelah melewati dua beringin kembar, dia pun telah menyaksikan goa itu nun jauh di sana. Dia nampak riang. Wanita itu berteriak sejati-jadinya dan sekeras-kerasnya.

"Hhhhaaaaaaaaaaa"

Suaranya memekik di telinga. Antara kan dan kiri, dia bingung harus memilih jalan yang mana. Akhirnya dia mengikuti langkah orang berjalan di depan sana.

"kisanak, kau mau kemana?"

"Aku mau merantau ke Sumatra."

"naik kapal?"

"Iya. Aku boleh ikut?"

"kebetulan kapal juga sedang tidak ramai. Mungkin kau bisa ikut."

"terimakasih."

Mereka pun berjalan menuju ke susuran sungai. Menunggu sebuah kapal siap membernagkatkan mereka. Seorang yang ditanya Pasmi bertanya pada juru kemudi untuk berlayar.

"hai, apakah wanita ini boleh ikut bersama kita?"

"boleh. Asal mau tidur dan memasak untuk kami."

Pasmi yang mendengar percakapan itu kemudian menjawab pernyataan juru kemudi.

"tenang, aku bisa memasak."

Akhirnya Pasmi dibolehkan masuk ke kapal. Kapal pun siap berangkat menuju ke Sumatera. Pasmi meninggalkan tanah Jawa.

"wanita, kau seorang petani, membawa Pacul kemana-mana. Di sana kau mau bertani?"

"tidak tuan, ini pacul sangat berharga buatku."

"pacul itu kenapa ada batu di gagangnya. Bentuknya seperti kepala ular di gagang itu."

"maaf tuan, ini hanya pacul seorang petani. Kenangan dari seorang teman yang bisa ukir."

"macam itu ya."

Kemudian mereka berlangsung membersamai laju kapal. Melewati lautan dan ombak. Pasmi yang tidak bawa apa pun untuk membayar upah kapal, hanya bisa membayar dengan cara memasakkan makanan bagi mereka.

"wanita, masakanmu ini hanya bisa bakar ikan sama tempe saja kah?"

"Iya tuan, sejak kecil aku hidup di hutan dan tak bisa memasak. Hanya terbiasa makan makanan seperti ini."

"tak apa."

Siang dan malam selama beberapa minggu, mereka bersama Pamsi di kapal. Kadang Pasmi membantu menaikkan layar.

Akhirnya, mereka tiba di tanah rantau. Dengan bukit, hutan, dan ilalang yang memandang jauh.

"Tuan, terimakasih telah membawaku ke Sumatera."

Pasmi sangat berterima kasih pada mereka dan dia pun ikut bersama orang yang mengajak dia ke Sumatera.

"kita mau kemana?"

"Aku punya ladang di Sumatera. Peninggalan dari saudaraku. Kita hanya perlu ke sana. Mengurus ladang dan lahan."

"hmm."

Sambil menggaruk kepala, kebingungan dan menurut, Pasmi mengikuti dia. Sebuah rumah yang besar, bentuknya seperti kepala kerbau bertanduk. Luas dan besar atapnya.

"kita harus laporan kepada tuan datuk Rajo Alam. Supaya kita diizinkan di sini."

"iya kisanak."

"panggil saja aku Santap Malam."

"Iya, tuan Santap Malam. Aku Pasmi."

Mereka masuk ke dalam garang. Bertemu dengan seorang lelaki berpakaian Minang dan kumis yang berwibawa.

"tuan, kami dari tanah Jawa. Mau melapor tinggal di tanah adat rantau ini."

"siapa yang kamu bawa ini?"

"Dia saudara saya. Namanya Pasmi."

Belum selesai berbicara, seorang muda yang nampak gagah lagi hebat muncul di balik pintu samping masuk ke rumah gadang. Dia melirik Pasmi dan melihat senjata Pacul itu. Dia tahu itu bukan alat bertani. Itu alat untuk bertahan diri.

" wanita, kau membawa senjata. Adakah maksud kau sembunyikan kepada kami?"

"Ini hanya alat untuk membajak tanah."

"tidak, dari mata gagang ular itu, aku tahu itu senjata."

"tuan hanya melebihkan sesuatu."

"bangkit, aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu. Aku curiga."

Pemuda itu melemparkan karambit ke Pasmi. Secara sigap, Pasmi melompat dan berguling ke belakang.

"dari gerakan kau, aku tahu itu hindaran."

Hiyaak, pemuda itu menyerang Pasmi dan mereka bertarung di rumah gadang. Dengan gerakan kuda-kuda kami rendah, pemuda yang mempunyai nama Kembaro Sakti itu menendang dengan kaki dan memaksa Pamsi memakai paculnya. Dengan jurus edan, Pasmi melayaninya. Hiyaaa, hahhh.

Kembaro Sakti mengeluarkan jurus Kerbau Melompat Pagar dan sangat lincah menghindari tendangan dari jurus Merusak Keadaan dari Pasmi. Kedua jurus itu seperti sedang bertatapan satu per satu. Saling menghindar dan mengelak antar keduanya. Dengan meloncat dan memegang karambit, Kembaro Sakti menghindari tendangan dan serangan Pacul menyusur tanah dari Pasmi. Kedua senjata berhantaman saling menimbulkan percik api.

"cukup, kalian mau menghancurkan rumah ini?" Ucap Rajo Alam.

Mereka pun menghentikan pertarungan dan pencak. Duduk kembali Pasmi dan juga Kembaro Sakti.

"Pasmi, maafkan dia keponakanku. Kembaro ini memang suka dengan mainan karambit dan pencak. Bagaimana pula kalau kau, apakah sudah bersuami di tanah seberang, nampaknya kau masih gadis dan belum memiliki pujaan hati?"

"saya hanya orang sendiri yang tak bersama siapa-siapa, tuan."

"apakah kau mau aku jodohkan dengan tali ikatan bersama dia?"

Kembaro Sakti melangkah keluar dan membuang muka dengan sinis. Pasmi hanya bisa tersenyum melihat lelaki yang manja itu.

Pasmi kemudian diizinkan ikut bersama Santap Malam pergi dari rumah gadang. Di luar, dia bertemu dengan Kembaro.

"Kamu seorang pendekar yang hanya bisa melawan wanita saja."

"apaaa, jaga ucapan kau. Ini tanah adat Minang. Aku tak suka ucap kau itu."

"sombong sekali."

"hihhh, benar-benar. Ayo kita adu pencak sekali lagi. Siapa yang menang. Dia yang boleh memutuskan."

Mereka pun bertarung sekali lagi. Kali ini dengan jurus harimau menerkam gajah, Kembaro meloncat dan berusaha menerkam leher Pasmi. Pasmi pun berusaha menghantamkan senjatanya pada dada Kembaro. Kembaro dengan sigap menghindari itu. Pamsi benar-benar serius. Dia tahu musuhnya terbawa amarah. Dia keluarkan jurus pukulan rajah 7. Kembaro pun siap mengeluarkan pukulan lima jari maut. Rajo Alam yang mengetahui itu, menghentikan pertarungan.

"sudah, sudah, apa kalian hendak menghancurkan taman dan bunga di sini?"

"dia bukan orang biasa. Dia orang sakti," ucap Kembaro.

"Kalau begitu, kalian memang telah berjodoh. Kau sendiri pernah bilang padaku Kemabaro, jikalau ada wanita sakti dan dapat mengandingi jurusmu itu, kau pasti akan bertekuk lutut dan mencintainya, serte memintanya pula menjadi istri. Kini, kuminta kau bersedia menikah dengan Pasmi. "

Pasmi mengusap debu di pakaian dan rambutnya. Kembaro menatap wajahnya. Cantik juga wanita itu. Mereka pun didamaikan oleh Rajo Alam dan mengikat mereka dengan tali jodoh. Pasmi sebenarnya pula terkagum dengan lelaki itu.

2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun