Walaupun umur jabatannya hanyalah dapat dikatakan seumur jagung karena memang B.J. Habibie hanyalah memimpin Indonesia selama kurang lebih 17 bulan, tetapi setidaknya, B.J. Habibie sudah dapat setidaknya mengembalikan citra baik Indonesia dan Pemerintah seperti dahulu. Sebelum nantinya dinyatakan turun jabatan pada tanggal 20 Oktober 1999 yang kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid, seorang Kyai dari Jombang.
4. Gus Dur
Dr. K.H. Abdurrahman Wahid, seorang kiai besar dari Jombang, Jawa Timur. Cucu dan anak dari salah seorang pahlawan perjuangan Indonesia, yakni Hasyim Asy'ari dan Wahid Hasyim. Anak sulung dari 6 bersaudara atas perkawinan Wahid Hasyim dan Solichah. Gus Dur adalah seorang tokoh yang sangat dipandang enteng, tetapi juga sangat dihormati, dan sekaligus seorang tokoh yang sangat popular.
Seorang tokoh yang pada saat itu dijuluki sebagai tokoh yang "kesehatannya rapuh dan setengah buta." (Greg Barton, 2003, h.19). Walaupun kesehatan dan kondisi tubuhnya selalu dikeluhkan oleh banyak orang, tetapi tidak dikeluhkan olehnya, bahkan dia telah membuktikan bahwa dia tetap bisa memimpin sebuah negara yang notabene adalah sebuah negara besar. Dia pun membuktikan bahwa buta matanya tidak membuat buta pula hatinya, dia tetap memberikan yang terbaik kepada rakyatnya selama kurang lebih 2 tahun.
Selain menjadi presiden keempat Republik Indonesia, Gus Dur (sebutan untuk Abdurrahman Wahid) juga gemar menulis, bukunya yang cukup terkenal satu diantaranya adalah "Islamku, Islam Anda, Islam Kita" yang terbit pada tahun 2006.
Gus Dur, Salah satu pemimpin organisasi islam terbesar di dunia, itulah yang membuat Gus Dur sangatlah berwawasan luas dan memiliki banyak pengalaman. Tetapi, Gus Dur pun tak luput dari kekurangan, layaknya seorang manusia, satu diantaranya adalah dia seorang yang tidak teliti dan cenderung ceroboh dalam membuat pernyataan didepan umum. (2003, h.20).
Bahkan, sebelum pemilihan presiden yang saat itu dilakukan oleh Majelis Permusyarawatan Rakyat, Gus Dur adalah calon yang tidak dijagokan sebagai pemenang apabila melihat dari segi pesaingnya, yang saat itu adalah B.J Habibie, calon Presiden petahana dan Megawati Soekarnoputri, ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.Â
Tetapi, saat itu, beberapa hari menjelang pemilihan presiden, B.J Habibie memutuskan untuk mengundurkan diri dari kompetisi yang membuat suara miliknya terpecah. Lalu, tersisa persaingan antara Megawati dan Gus dur. Pada akhirnya, Gus Dur lah yang memenangkan persaingan tersebut yang tidak disangka-sangka sebelumnya.
Terpilihlah Gus Dur sebagai Presiden Republik Indonesia yang keempat menggantikan B.J. Habibie, dan terpilihlah Megawati Soekarnoputri sebagai wakilnya untuk membantu Gus Dur memimpin negara ini. Setelah terpilihnya Megawati sebagai wakil presiden, Gus Dur segera memilih orang-orang yang berkompetensi untuk mengisi slot-slot di kabinetnya, kegiatan ini disebut kegiatan "dagang sapi" oleh Gus Dur itu sendiri. (2003, h.376).
Walaupun masih terdapat banyak gejolak di daerah yang masih belum didamaikan oleh kabinet ini, seperti contohnya masalah yang ada di Papua dan pemberontakan yang ada di Aceh serta masalah yang paling terkenal pada zamannya yakni masalah Brunei Gate dan Bulog Gate.Â
Tetapi, kabinet ini dapat dikatakan kabinet yang penuh dengan toleransi antar umat beragama, suku dan ras, karena dipimpin oleh seseorang yang dikenal sebagai bapak Pluralisme Indonesia. Sebelum akhirnya Abdurrahman Wahid lengser pada tanggal 23 Juli 2001 dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri, seorang wanita yang merupakan putri Sang Fajar.