Seorang Polikus muda, begitu Sang Proklamator dapat juga disebut. Usia 20 tahun merupakan tahun emas untuknya, karena di usia itulah beliau mulai diilhami oleh ilmu-ilmu politik. Keinginan kuatnya untuk menyejahterahkan dan membangkitkan gelora semangat masyarakat di berbagai sektor, terutama di sektor ekonomi, sosial dan politik, selalu dia gaungkan.Â
Maka dari itu, didirikannya Partai Nasional Indonesia (PNI) bersama enam kawannya dari Algemeene Studie Club, sebuah kelompok kuliah umum di Bandung. Partai tersebut sebagai wadah untuk Soekarno dan kawan-kawannya dalam merealisasikan keinginan kuatnya tersebut.
Teramat panjang apabila cerita dan pengalaman hidup beliau diceritakan semua, tetapi satu hal yang dapat kita serap dari nasihat beliau, yakni slogan "Jas Merah" yang memiliki arti, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Beliau memang selalu memberi peringatan kepada rakyatnya jika mengetahui dan mengenal sejarah itu merupakan suatu hal yang wajib, karena sejarah merupakan salah satu bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.
Pada akhirnya, di usianya yang tepat menginjak 44 tahun, beliau memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada kediamannya yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pada pukul sepuluh pagi, tahun 1945. Pembacaan teks proklamasi tersebut bermakna sebagai titik puncak kebebasan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan, serta diakui secara resmi sebagai sebuah negara yang merdeka.
Sehari kemudian, diangkatlah Ir. Soekarno menjadi Presiden pertama Indonesia, didampingi oleh Moh. Hatta sebagai wakilnya.
Perjalanan panjang dilakukannya dalam memimpin Indonesia yang saat itu masih berada pada pergolakan-pergolakan di berbagai daerah, hingga akhirnya Putera Sang Fajar itu runtuh pada tanggal 20 Februari 1967 ditandai dengan ditandatanganinya surat pernyataan penyerahan kekuasaan di Istana Merdeka.
2. Soeharto
Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto, seorang jendral tua yang selama 32 tahun berdiri kokoh di puncak tampuk pemerintahan negara Indonesia (A. Yogaswara, 2007, h.8). Seorang anak desa yang terlahir di Desa Kemusuk, Argomulyo, Godean, sebelah barat Kota Yogyakarta atas perkawinan antara Kertosudiro, seorang petugas ulu-ulu (pengatur pembagian air) dengan Sukirah.
Soeharto, Seorang pemimpin yang terkenal dengan sifatnya yang keras kepala dan suka menentang membuatnya memimpin selalu di dalam situasi yang serba pro dan kontra. Tetapi, di balik sifatnya yang keras kepala, dia adalah salah satu pemimpin yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya yang dijelaskan melalui semboyan yang dibuatnya "Piye Kabare? Iseh Penak Jamanku Toh?". Soeharto, namanya pun tak terlepas dari sebuah makna, Soe yang berarti lebih baik dan Harto yang berarti kekayaan (Retnowati Abdulgani-Knapp, 2007, h.20).
Terlahir dari sebuah keluarga miskin tidaklah mematahkan semangatnya untuk menjadi seorang jenderal. Setelah resmi diangkat menjadi bagian dalam militer Republik Indonesia, berbagai pertempuran telah dia lalui mulai dari penyerbuan Kotabaru pada tanggal 7 Oktober 1945, hingga peristiwa G30S PKI yang telah membuat namanya melambung layaknya seorang rising star.Â
Setelah terjadinya Gerakan 30 September yang terjadi antara bulan Oktober 1965 hingga Maret 1966, terjadilah masa perebutan pengaruh antara Presiden Soekarno yang saat itu cahayanya telah memudar, dengan the rising star, Soeharto.Â