"Apa buku ini kita bakar saja?" Novia
"Kau bercanda. Aku tidak bisa kembali tanpa buku ini. Dunia ini juga terhenti karena buku ini. Tidak ada api di sini yang bisa membakar buku ini, apalagi api yang berasal dari sumbernya."
Roan berusaha memahami perkataan Paman Joa. Ia menggapai buku yang tergeletak itu.
"Roan!"
Buku itu tidak terbakar. Mereka berdua terdecak kagum dan heran. Api yang tadi muncul kini semakin membesar dan hampir menyentuh mereka. Mereka pun membawa buku itu ke ruangan yang terbuka.Â
Mereka tidak bisa menuju keluar perpustakaan itu dikarenakan pintu perpustakaan yang merupakan pintu dorong. Mereka terperangkap di dalam hitungan mundur.
Novia menghela nafas. Namun, detak jantungnya masih tetap kencang. Ia tidak bisa tenang di perangkap tanpa jalan keluar ini. Roan menyentuh bahu Novia dan mengatakan padanya kalau semuanya akan baik-baik saja.
Roan juga mencoba untuk menenangkan pikirannya. Walaupun ia sudah mengatur nafas, pikirannya tetap kacau. Ia membayangkan mengapa buku itu berada di perpustakaan tempat tinggalnya.
Buku itu seharusnya tidak ada di sini. Buku tua, ucap Roan dalam hati. Jika Paman Joadian datang kemari untuk membawa buku ini, ia tidak mungkin meminjamnya untuk sementara waktu. Dan juga buku itu paman bilang sudah usang nan tua.
"Paman, apakah benar buku yang paman cari berupa buku itu saja tanpa sampul?"
"Apa maksudmu 'tanpa sampul'?" Paman Joa menutup buku itu, tapi keadaan masih tetap sama.