"psst... Roan, kau terlihat aneh di sana!" bisik Novia.
Roan baru ingat kalau ia berada di depan kasir, membelakangi petugas perpustakaan. Ia segera berjalan dengan memalukan ke samping Novia dan Paman Joa. Sekarang mereka berjalan mencari bangku untuk duduk.
Novia menemukan bangku yang sepi dan cocok sekali untuk mereka bertiga. Roan mengambil duduk lebih dulu dan sangat cepat hingga ia tak sengaja menabrakkan lututnya ke kaki meja.Â
Paman Joa hanya duduk setelah Novia duduk di bangku seberang. Roan menjatuhkan kepalanya ke meja dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Nafasnya hampir mengganggu pengunjung yang tenang membaca.
Novia tergelak kecil, "dan akhirnya kita selamat."
Paman Joa juga tersenyum, ia merasa dua kali lebih beruntung karena bertemu mereka.
"Paman, merasa sangat berterima kasih pada kalian. Apa yang bisa paman berikan untuk bantuan kalian tadi?"
"Ah, tidak perlu paman--"
Ucapan Novia terpotong oleh tangan Roan mengangkat satu jari ke langit mengisyaratkan ia menginginkan satu hal.
"Ah, tapi bagaimana paman mengabulkan keinginanku?" tanya Roan.
"Memang apa keinginanmu?"