Mereka hanya berdiri, tak ada rencana lagi di benaknya. Menatap ke ruang kosong di hadapannya. Novia menatap ke jendela di mana ia seharusnya berada. Paman Joadian memandangi bukunya dengan kekecewaan tidak bisa menyelesaikan amanah yang diberikan Tuan Putri padanya.
Roan, ia melamun ke kasir. Ia tidak memiliki masalah apapun dengan petugas kasir perpustakan yang ada di hadapannya itu. Patung petugas yang ia lihat itu hanya melaksanakan tugasnya seperti biasa. Tangan kanannya sibuk merapikan buku-buku yang hendak dipinjam.Â
Sedangkan tangan kirinya, tangan kirinya bersembunyi di sudut meja--Roan berpikir tangannya sedang membuka laci. Matanya pun mengarah ke tangan kirinya itu, dengan muka kecewa.
Pikiran Roan menghitam. Ia kehilangan pikirannya sejenak. Roan berlari dengan nekat ke arah kasir perpustakaan.Â
"Roan!" Â Teriakan Novia tak menghentikan Roan,Â
Ron menyentuh ujung meja yang pasti akan terbakar tidak lama, lalu menghenyakkan kakinya melewati meja kasir. Roan melakukan tindakan yang bodoh, tapi matanya tidak membodohinya kali ini. Ia melihat sebuah segel dengan kedua ujung kancing besi sama seperti yang dimiliki buku di tangan Paman Joa. Roan segera merampas segel itu dari laci.
"Paman!"
Paman Joa sudah membaca tangan Roan itu, ia melemparkan segel itu langsung ke tangkapan Paman Joadian, Novia pun juga membantunya. Mereka bertiga berharap itu segel yang persis dengan milik buku itu.
"Persis, ini segelnya."
Roan kembali melompati meja kasir dengan puas hati. Ia tidak memperhatikan kaki dan punggungnya yang sudah tersentuh api. Semoga berhasil.
Klik, telinga Roan merasa senang mendengar suara itu. Terpasang sudah segel itu ke buku yang dipegang Paman Joa. Roan menutup matanya saat api di punggungnya mulai terasa sangat memanggangnya. Ia membukanya lagi, Novia dan Paman Joa berada di posisi seperti pengunjung perpustakaan biasa. Dua orang pengunjung membuka perpustakaan dan berjalan ke dalam perpustakaan seperti biasanya. Ia menarik nafas sangat lega. Novia melirik mata Roan,