Ing reh kasatriyanipun
Susila anoraga
Wignya met tyasing sasami
Yeku aran wong barek berag agama
Ada beberapa kata yang perlu dipertimbangkan kembali. Penggunaan kata kasatriyani di sini  tidak boleh diartikan merujuk pada kelompok militan, khususnya pegawai negeri sipil. Satria dalam konteks ini mempunyai arti yang jauh lebih luas.
 Ksatria berarti keberanian. Ksatria juga berarti memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
 Penggunaan kata satria di sini dikaitkan dengan sikap orang yang sudah sadar. Patut diperhatikan ciri-ciri khusus seorang ksatria yang diberikan oleh penyair. Pertama, dia bisa mengendalikan dirinya kapan saja dan dalam situasi apa pun. Suasananya tenang, bahkan di tengah keramaian.
Jika ia menjauh dari keramaian dan  masyarakat, ketenangannya tidak lagi bisa diukur.
 Dalam situasi darurat, jika Anda masih tetap tenang, Anda hanya bisa disebut pejuang.
Ciri kedua yang tak kalah pentingnya adalah  ia selalu berusaha menjaga kesadarannya ini sangat sulit. Setelah memberi mereka jabatan dan kuasa, mereka langsung terlena.
 Mereka lupa bahwa jabatan itu, kuasa itu, diamanatkan untuk rakyat, demi keamanan rakyat itu sendiri. Untuk melayani rakyatnya sendiri.