Uripe lan tri-prakara
Wirya arta tri winasis
Kalamun kongsi sepi
Saka wilangan tetelu
Telas tilasing janma
Aji godhong jati aking
Temah papa papariman ngulandara.
Dalam bait ini, beberapa kata yang digunakan penulis perlu dianalisis lebih lanjut. Pertama, kata wirya tidak sekedar berarti "keberanian" atau "kekuatan" seperti yang dipahami secara umum. Wirya juga berarti "energi". Keberanian didasarkan pada kebodohan, bahkan orang bodoh pun bisa menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dia tidak disiplin dalam menjalankan tugas, arogan dan merendahkan orang lain. Dia mungkin menganggap dirinya orang yang berani. Hal ini akan dianggap bodoh. Kebodohannya membahayakan diri sendiri dan orang lain. Ini tidak bisa disebut wirya.
 Wirya juga tidak bisa diterjemahkan dengan "kedudukan" belaka. Karena orang bodoh yang tidak peduli dengan peraturan, meskipun dapat sanksi, bisa menempati jabatan teratas. Apakah dia bisa dipanggil Vira atau manusia hebat?
Wirya adalah keberanian yang didasarkan pada kemuliaan. Bela negara dan bangsa dari serangan musuh, melindungi rakyat dari kekuasaan yang korup, bisa disebut wirya. Namun, bahkan di sini pun Anda harus sangat berhati-hati. Yang menjadi pelindung adalah kepentingan seseorang atau  suatu kelompok,  bahkan kepentingan individu.
Kata kedua adalah Arta atau Artha yang sering diterjemahkan sebagai "kekayaan".