Mohon tunggu...
Muhammad Fajar Setiawan
Muhammad Fajar Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - fajar

Jadilah Dirimu Sendiri dalam menggapai mimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Fajar

12 April 2020   22:15 Diperbarui: 12 April 2020   22:20 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menunggu Fajar

Oleh : Muhammad Fajar Setiawan

 

Sejuknya pagi, ayam bekokok penyambut selamat datang sang mentari

Bangun dari alam mimpi bergegas meraih air menyegarkan diri

Sang surya tersenyum dengan lebar menghiasi bumi dengan cahayanya

Tak lupa kicauan burung burung yang melengkapi pagi yang cerah ini

Lemparan angin menembus dinding dinding rumah dengan pintu terbuka

Lambaian daun diterpa angin pagi yang dingin menusuk sampai tulang

Insan insan keluar dari atapnya, keluar untuk mengais rezeki di luar sana

Riangan anak anak di sekitar lingkungan menghiasi pagi yang indah ini

Diluar sana ombak laut bernyannyi berpadu dengan angin yang berhembus

Ikan ikan menari nari diatasnya dengan penuh senyuman manatap mentari

Awan berkumpul berdiskusi hujankah hari ini? Atau cerahkah hari ini?

Nyiur pohon kelapa melambai lambai kepada angin yang lewat dihadapannya

Mentari ditengah bumi terik di siang hari semua orang berteduh dari panasnya

Meneguk air es yang segar meneduhkan badan dan membuang lelah

Diantara insan pekerja itu pulang kerumah untuk santap siang dengan keluarga

Kebersamaan, kegembiraan, keriangan tak surut oleh teriknya sang surya

Sang surya mulai menyingsing, bumi mulai sejuk tapi tetap diterangi

Senyuman sang surya yang tak pernah redup menghiasi hari dengan keceriaan

Angin hangat memanaskan lingkungan, sehangat persahabatan dua orang sahabat

Senja mulai digelar, burung burung mulai kembali ke perantauannya

Semakin sejuk, semakin gelap, sang surya melambaikan tangan tanda berganti malam

Suara suara malam mulai terdengar, di taman taman kota berhias lampu indah

Rembulan menyapa dengan keelokannya, bintang bintang berkedip lambang sapaan

Malam semakin gelap tapi terterangi rembulan cantik nan elok di angkasa

Insan insan kembali masuk ke rumah rumahnya, kembali bersama dengan keluarga

Terlelap dalam alam mimpi, tapi malam tak sesunyi itu suara suaranya masih bergema

Tertidur dalam pelukan malam, menjelajah alam mimpi mimpi yang indah

Sembari di alam mimpi, di alam bumi mereka menunggu datangnya sang fajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun