Mohon tunggu...
MUHAMMADFADIL_43120010310
MUHAMMADFADIL_43120010310 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercubuana Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (S1 Manajemen) Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si, Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Pengaplikasian Pemikiran Panopticon Jeremy Bentham dan Kejahatan Struktural Giddens Anthony

29 Mei 2023   11:33 Diperbarui: 29 Mei 2023   12:33 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Belanda ada beberapa penjara yang dibangun menurut model ini. Pada tahun 2006, model panopticon digital pertama tersedia di Belanda, di mana hanya dibutuhkan 6 penjaga untuk memantau 150 tahanan, dibandingkan dengan 15 atau lebih sebelumnya. Adik laki-laki Jeremy Bentham, Samuel Bentham, juga sangat menyukai konsep Panopticon. 

Samuel membantu mendesain toko yang memperkenalkan panoptisisme di mana seorang supervisor tunggal dapat mengontrol seluruh lantai. Frank Lloyd Wright, seorang arsitek Amerika, merancang kantor terbuka untuk kantor pusat Johnson Wax. Kantor ini didesain dengan banyak ruang terbuka sehingga semua orang bisa melihat semua orang. Panopticon telah menjadi simbol tindakan ekstrem bagi perusahaan yang menginginkan karyawannya bekerja secara efisien tanpa malas. Rancangan ini juga mempersulit tindakan korupsi, di mana segala gerak-gerik kita "terlihat" oleh orang lain.

Masyarakat yang diciptakan dengan konsep panopticon adalah masyarakat yang mengontrol semua orang. Ini menciptakan lingkungan di mana semua orang dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Adanya otoritas yang lebih tinggi, di mana orang tahu dirinya diawasi, bisa memberi kesan bahwa mereka selalu ada. Hal ini terlihat dari sistem dimana sebuah lembaga keagamaan dapat menggunakan konsep Panontikon untuk mengatur anggotanya. Contoh sistem religi yang menggunakan konsep ini adalah organisasi yang dikenal sebagai kultus atau sekte.

Ormas-ormas keagamaan ini menggunakan cara-cara seperti melabeli konsep atau gagasan yang dianggap "merusak" atau "tidak sesuai" dengan yang ada di dalam organisasi. Mereka juga terus-menerus mengingatkan anggotanya bahwa semua gerakan, tindakan, perkataan, dan pikiran mereka tidak boleh tersembunyi dari yang di atas. Indoktrinasi ajaran ini menyebabkan anggota kelompok memblokir ajaran yang bertentangan dengan narasi organisasi. Anggota sekolah ini merasa bahwa semua yang mereka lakukan tidak dapat disembunyikan dan privasi bukanlah hal yang baik. 

Di era digital, konsep Panoptikum digunakan dalam pengawasan video. Meluasnya penggunaan pengawasan video oleh pemerintah tertentu dapat dipandang sebagai panoptikon elektronik atau digital. Teknologi CCTV memiliki banyak kesamaan dengan Panopticon Bentham dalam hal memiliki menara utama dan kontrol yang tersembunyi atau tidak terlihat. Negara yang langsung terlintas di benak adalah China. Cina memiliki sistem panoptik yang luas dan efisien. Pada akhir 2021, China diperkirakan memiliki sekitar satu miliar kamera CCTV. Bukan hanya pengawasan fisik, tapi juga digital. 

Ini terbukti dalam pemblokiran aplikasi eksternal, sensor media, sistem pengenalan wajah digital dalam pengawasan video dan banyak lagi. Meski tidak separah China, Singapura juga merupakan negara kecil dengan kontrol pemerintah yang sangat ketat. Di antara kota-kota yang paling banyak menggunakan pengawasan video, Singapura berada di urutan keenam. Privasi bukan milik warga negara yang tinggal di negara yang menganut konsep panoptikon. Kebebasan berbicara dan berpendapat juga dibatasi bahkan seringkali dilarang. Bahkan demokrasi tidak dapat berfungsi di negara yang mengikuti konsep ini secara ekstrim.

Namun, jelas China dan Singapura memiliki nilai yang sangat baik dalam indeks korupsi dan kejahatan. Data dari worldpopulationreview.com tahun 2023 menunjukkan China memiliki skor 30,14 sedangkan Indonesia memiliki skor 45,93. Singapura memiliki skor yang lebih rendah yaitu 27,96. Pandangan Bentham tentang konsep Panopticon sebagai solusi korupsi tidak perlu diragukan lagi. Namun solusi ini mengorbankan kebebasan dan privasi banyak orang untuk menjaga keamanan, transparansi, dan integritas. 

Selain penyuluhan, Panopticon bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih disiplin dan mendidik masyarakat tentang ketertiban dan kebersihan. Situasi fleksibilitas dan keamanan merupakan inti dari konsep Panopticon. Implementasi konsep ini sudah dimulai di Indonesia, namun implementasinya tidak efektif dan lemah. Contohnya adalah e-ticket yang diluncurkan pada tahun 2018. Sistem e-ticket ini merupakan sistem yang sudah diperkenalkan di banyak negara seperti Jepang, Inggris, Amerika, Australia dan negara lainnya. 

Sistem ini juga telah membuktikan dirinya di negara-negara tersebut. Sistem e-tiket juga mencegah suap yang kerap dilakukan pihak kepolisian. Jika pemerintah Indonesia serius memperkenalkan sistem tiket baru ini, pengawasan video dan sistem ini akan terlihat di semua lampu merah yang ada. Sistem ini hanya ditemukan di beberapa lampu merah dan belum digunakan dengan baik.

Bahkan dalam hal pencegahan limbah, Indonesia tidak memiliki tindakan hukum terhadap mereka yang melanggarnya. Singapura menganggap hanya membuang sampah sebagai pelanggaran hukum yang serius. Di Singapura, denda untuk membuang sampah sembarangan adalah $2.000, yaitu sekitar 30 juta rupiah. 

Denda ini juga bisa bertambah tergantung berapa kali orang tersebut didenda. Sistem CCTV di Singapura dapat mendeteksi benda sekecil sampah. Implementasi aturan konsep Panopticon akan membuat Singapura menjadi negara yang benar-benar bersih, tertib, dan aman . Di sisi lain, di Indonesia belum ada video surveillance untuk menangkap orang yang membuang sampah. Bahkan pengawasan video, yang digunakan untuk hal-hal yang lebih penting seperti keamanan, seringkali berantakan, ketinggalan zaman, dan dikelola dengan buruk. Struktur sistem yang buruk ini membuat Indonesia menjadi negara yang bebas dari pemborosan, penyuapan, pencurian dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun