Mohon tunggu...
Muhammad Bar
Muhammad Bar Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Tulisan di sini semuanya fiktif belaka. Kalau ada yang benar mungkin kebetulan atau mungkin kebenaran yang kebetulan difiktifkan. Budayakan beri nilai dan komentar Mari bersama-sama kita belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hartaku Kembali dalam Bentuk Lain

1 Oktober 2016   00:08 Diperbarui: 1 Oktober 2016   00:32 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia cuma tersenyum.

Sampai Pondok aku sudah tidak nafsu melanjutkan makanku. Kubiarkan begitu saja. Perutku terasa mual. Obat juga belum kuminum. Obat sebenarnya merupakan sesuatu yang tabu bagiku. Aku tidak pernah minum obat ketika sakit, kecuali jika sangat parah. Kalau sakit ringan obatku cuma tiga: makanan bergizi, tidur, dan olahraga. Dan kurasa aku butuh satu hari untuk membuktikan sakitku parah atau tidak. Dan kata Dokter pun memang begitu, jika besok panas belum sembuh atau makin parah, maka harus diperiksakan ke rumah sakit. Jadi nanti saja kuminumnya, atau mungkin tidak akan kuminum.

Masuk kamar buru-buru kugelar kasur dan berbaring, berusaha tidur.

Sebelum tidur kukabari Ummi agar beliau tahu dan mendoakanku,

Mi, aku lagi sakit. Barusan aku periksa ke klinik. Dokter memprediksiku terkena demam berdarah. Nanti kalau besok belum sembuh aku ijin pulang aja, ya? Kataku lewat sms.

Kok bisa? Terus Pak Kiai dan Bu Nyai sudah tahu?

Tidak tahu. Pak Kiai dan Bu Nyai belum tahu. Nanti kalau aku ijin saja, aku beritahu.

Lekas sembuh ya…

Aamiin...

Baru beberapa menit seusai sms-an, aku langsung tidur pulas. Sekali aku bangun untuk kencing, panasku belum turun, lantas tidur lagi. Dan kedua kalinya aku bangun untuk sholat Isya' panasku sudah hilang meski lidah putih yang membikin makan jadi tidak enak masih utuh setelah kulihat lewat cermin. Aku bersyukur. Alhamdulillah, sudah cukuplah mendingan. Tuhan memang tidak pernah mengingkari janjinya, Allah melipatgandakan balasanku. Panas hilang lebih cepat dari yang kuduga. Rezeki itu tak harus uang, melainkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Kesehatanlah sejelas-jelasnya rezeki itu. Rezeki termahal.

Sholat Isya'ku jadi terasa lebih nikmat dan khusyuk. Habis sholat Isya' kutambahkan sholat Tahajjud, agar esok lebih baik. Walau aku agak tidak enak jika berdoa sangat memohon, merengek-rengek hanya kala aku dirundung duka. Tapi yang penting pamrihku cuma kepada Allah, bukan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun