“Eh, ini taruh di mana,” Aku menunjukkan resep.
“Ayo sini!” Aku berjalan mengikuti Mas Andi. Menyerahkan kertas di tempat tersebut. Lalu mengisi semacam formulir.
“Tunggu sebentar ya, silahkan duduk dulu.” Suara mbak-mbak itu mengembalikan kami ke kursi tunggu. Hanya sebentar, aku dipanggil. Obat dan surat rujukan yang aku dapat.
“Berapa bayarnya, Mbak?” Tanyaku.
“Lima puluh ribu, Mas.”
Sontak, aku tertegun bingung. Mahal amat. Panik, semua saku aku rogoh dan aku keluarkan isinya. Tetap totalnya tidak menyentuh lima puluh ribu.
“Terima kasih,” suara mbak-mbak kasir.
Aku langsung menoleh. Mas Andi menutup dompetnya, menyelipkan di sakunya.
“Sudah dibayar?” Aku memastikan lagi.
“Sudah,”
“Terima kasih, Mas. Nanti aku ganti.”