Mohon tunggu...
Muhammad Ardell Bagas Alfatih
Muhammad Ardell Bagas Alfatih Mohon Tunggu... Penulis - SMAN 28 Jakarta

XI MIPA 4 (21)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Bersyukur

25 November 2020   17:39 Diperbarui: 25 November 2020   17:44 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku setuju dengan itu."

"Lalu bolehkah wanita tua ini tau apa alasanmu datang kemari."Tanya penjaga panti asuh itu.

"Sejujurnya aku juga tidak tau, aku tidak memikirkan apapun saat meninggalkan kantor." Jawabku.

"Berarti kau sudah ditakdirkan untuk bertemu untuk anak-anak itu."

"Ditakdirkan, apa maksudmu dengan itu?"

"Maksudku pertemuanmu hari ini, memang telah direncanakan oleh yang diatas, aku tau kamu telah melalui hari yang berat, kau tidak perlu memberitahuku, dan aku harap kamu telah mengerti apa makna dari pertemuanmu hari ini."

"Makna, aku tidak tau ada makna apa dengan pertemuan ini."

"Berarti kau harus mencari taunya."
"Bisakah kau memberitahuku?"

Wanita itu hanya tersenyum sambil melihatku dan pergi meninggalkanku. Aku lalu memutuskan untuk pulang. Diperjalanan pulang, aku memikirkan kejadian di panti asuhan itu. Anak-anak itu bisa dikatakan berada di panti itu karena mereka kerabat yang mau mengurus mereka, bagaimana dengan ibu mereka? Ayah mereka? Jika mereka sudah kehilangan hal yang penting dalam hidupnya di usia sebelia itu, kenapa mereka masih bisa tersenyum bahagia.

Tunggu dulu! Apa itu hal yang penting dalam hidup, bukankah itu uang? Kekuasaan? Atau hal yang lebih dari itu. Sebentar! Aku rasa itu sesuatu yang sederhana, orang bisa tetap hidup karena orang itu mempunyai motivasi untuk hidup. Motivasi itu bisa berbagai macam, tapi yang penting adalah rasa kasih saying dari orang yang kita cintai. Mereka pada usia yang begitu muda sudah kehilangan hal yang sangat besar. Kenapa mereka masih bisa tegar, apa alasannya dari tindak-tanduk itu. Lalu muncul satu kesimpulan di kepalaku.

Ikhlas! Hanya itu jawaban yang dapat kutemukan. Pada awalnya memang tidak begitu masuk akal tapi melihat bukti yang nyata itu aku merasa ini bisa dipertimbangkan. Ikhlas mereka bukan berarti mereka tidak memiliki rasa sedih akibat sudah ditinggalkan tapi lebih seperti perasaaan menerima atas hal yang sudah terjadi. Kadang kala manusia hanya dapat berserah diri, pasrah akan hal yang sudah tidak bisa diubah, dan ini bukanlah sebuah bentuk dari menyerah. Lalu untuk melengkapi artian ikhlas maka kau akan dapat melakukan syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun