Mohon tunggu...
pondok pesantren daarul arqom
pondok pesantren daarul arqom Mohon Tunggu... Penulis - muda qur'ani muda berprestasi

daarul arqom kampus 1 pulon malangan daarul arqom kampus 2 tulung, tulung, tulung daarul arqom kampus 3 wajong wetan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Teladan Pendidikan Dari Nabi Ibrahim"

11 Oktober 2022   23:20 Diperbarui: 11 Oktober 2022   23:33 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Maka dari itu, Ibrahim memilih untuk menempatkan anak dan istrinya ditengah-tengah gurun pasir yang tandus dan panas. Harapannya pada masa mendatang akan muncul generasi yang kuat, tangguh, cerdas dan berjiwa sosial tinggi. Ia pasti siap ditempatkan dimanapun asal masih dalam framwork kebermanfaatan. Ia, jika menjadi seorang ilmuwan, tidak hanya menjadi penjaga "menara gading". Tapi, ia terjun di tengah-tengah masyarakat; menggunakan karunia tuhan berupa kecerdasan untuk mengentaskan kemiskinan---struktural dan kultural, membebaskan manusia dari "penjajahan" budaya, membangun gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat, lingungan, dll.

Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi wa Sallah  juga pernah mengalami "derita" yang sama. Ia ditempatkan oleh Ibunya disebuah wilayah yang disebut Bani Saad. Daerah ini jauh dari gegap gempita masyarakat komspolit mekkah.

Ketiga, keakraban orang tua-anak sangat nampak sekali saat terjadi percakapan antara Ibrahim dan Ismail. Ibrahim sebagai orang tua sangat mampu memaksa Ismail untuk melakukan apa yang ia perintahkan, apalagi saat itu order yang dia utarakan kepada anaknya adalah perintah dari Tuhan. Namun, lagi-lagi Ibrahim mengajarkan kepada kita agar mengedepankan komunikasi agar mendapatkan keputusan yang sama-sama disepakati. Ibahim---menurut saya---sangat demokratis. Sehingga anak tidak merasa tertekan, malah ia merasa di-orangkan oleh Ibrahim; Ismail merasa dilibatkan dalam satu urusan besar oleh bapaknya sendiri. Padahal, keduanya jarang bertemu namun sama sekali tidak mengurangi keakraban keduanya.

Hari ini orang tua banyak yang tidak "mengenal" anaknya. Diantaranya karena memiliki semesta yang berbeda. Orang tua menganggap pendidikan yang diberikan orang tuanya semasa ia masih kecil masih bisa digunakan hari ini. Tidak ada obrolan yang hangat---dua arah, yang ada hanya ceramah dan ceramah membosankan dan cenderung menekan psikologis anak. Orang tua enggan mendengarkan keluhan anak. Mereka menganggap masalah kecil, padahal bagi anak itu problem yang tidak sederhana. Anak akan mencari orang lain yang tepat untuk mendengarkan keluh kesahnya. Akibatnya, orang tua semakin tidak mengenal anaknya. Dan, anak merasa lebih dekat dengan orang lain.

Dari ketiga poin hikmah yang telah saya ulas, teladan pendidikan Nabi Ibrahim diantara alternatif yang bisa kita gunakan sebagai "kurikulum" pendidikan keluarga. Keluarga adalah unsur paling kecil dari sebuah peradaban, adapun keberhasilan membangun peradaban ditentukan oleh kesuksesan membina keluarga.

Dan, aspek penting lain yang perlu saya sampaikan adalah pentingnya mengelola kesehatan mental kita---sebagai orang tua---karena modal utama menciptakan keluarga yang sehat, elemen yang menyusun juga harus sehat. Makanya, kajian spiritual---dalam makna yang luas, tidak hanya spiritualitas yg bersumber dari agama---hari ini kajian-kajian yang membahasnya ada dari "timur" hingga "barat"; melihat pentingnya spiritualitas dalam menjaga kesehatan mental.


Wallahualam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun