Mohon tunggu...
pondok pesantren daarul arqom
pondok pesantren daarul arqom Mohon Tunggu... Penulis - muda qur'ani muda berprestasi

daarul arqom kampus 1 pulon malangan daarul arqom kampus 2 tulung, tulung, tulung daarul arqom kampus 3 wajong wetan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Teladan Pendidikan Dari Nabi Ibrahim"

11 Oktober 2022   23:20 Diperbarui: 11 Oktober 2022   23:33 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mereka sudah sampai wilayah yang kering, panas, dan sepi, Ibrahim segera membelakangi Hajar. Ia---Ibrahim---antara tega dan tidak tega. Bagaimana mungkin ada seorang suami sekaligus bapak yang tega meninggalkan istri dan anaknya di tempat semacam ini. Tapi, bagaimana lagi, demi menjalankan tugas dari Tuhan Ia rela melakukan apapun.

Dari sisi istrinya---Hajar---Ia terheran-heran. Mengapa suaminya tega meninggalkan ia dan putranya yang masih kecil ditempat mengeringan seperti ini. Hajar mulai menerka-nerka. Ada dua kemungkinan: pertama, Ibrahim sudah tidak mencintainya lagi sehingga tega membuangnya di padang pasir yang panas. Tapi, sepertinya tidak mungkin Ibrahim melakukan itu. Atau kemungkinan kedua, ini adalah perintah Tuhannya, karena pasti Ibrahim tidak berani melawan perintah-Nya walaupun harus mengorbankan diri dan keluarganya, toh dulu ia pernah hampir mati karena dibakar oleh Raja Namrudz dan bala tentaranya.

Akhirnya Hajar memberanikan diri untuk bertanya saat Ibrahim semakin beranjak.

"Suamiku, apakah ini perintah Tuhanmu?", tanya Hajar dengan polos dan penuh keyakinan.

"Benar!", Ibrahim menjawab sambil membelakangi Hajar dan Ismail."

"Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kita!", sambung Hajar tanpa keraguan sedikitpun.

Kisah selanjutnya, setelah sekian lama Ibrahim tidak membersamai Hajar dan Ismail. Tumbuhlah Ismail menjadi sesosok anak yang cerdas, tangkas, dan sungguh berbudi luhur. Siapapun yang berinteraksi dengannya pasti akan takjub dengan perangainya yang sangat menawan.

Datanglah Ibrahim membawa pesan Tuhannya untuk kedua kali. Ia, tidak pernah bertemu Ismail. Pertemuan kedua setelah ia meninggalkan Ismail, Ia hanya ingin menyampaikan mimpinya kepada Ismail. Mimpi Nabi---dalam tradisi pemikiran islam---bisa dipastikan validasinya. Tidak mungkin salah.

Ia sampaikan mimpi, yang sebetulnya menyesakkan dada itu, kepada putranya, "Wahai Anakku, menurutmu bagaimana kalau Allah menyuruhku untuk menyembelihmu?", tanya Ibrahim.

Ismail agak berpikir lamam Ia tau kalau bapaknya adalah Nabi. Dan, tidak mungkin ada seorang Nabi yang berdusta. "Lakukan saja Ayah! Engkau akan mendapatiku sabar menghadapinya", jawab Ismail kecil.

Dada Ibrahim semakin sesak. Ada bulir-bulir air yang menetes dari kedua pelupuk matanya. Secepat mungkin Ia hapus air matanya, Ia tidak ingin Ismail melihatnya bersedih. Ia harus tegar menghadapi kenyataan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun