Mohon tunggu...
Pendidikan

Prinsip Produksi dalam Ekonomi Islam

18 Maret 2019   21:28 Diperbarui: 3 Juli 2021   01:41 6060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prinsip Produksi dalam Ekonomi Islam (markus-spiske)

PRINSIP PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM

Produksi merupakan urat nadi dalam kegiatan ekonomi. Tidak akan pernah ada kegiatan konsumsi, distribusi, ataupun perdagangan barang dan jasa tanpa diawali oleh proses produksi. 

Produksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa, atau proses peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses siklus kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu tertentu. ( Marathon, 2001 )

A.Definisi Produksi

Kata produksi telah menjadi kata Indonesia setelah diserap ke dalam pemikiran ekonomi bersamaan dengan kata distribusi dan konsumsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, produksi diartikan sebagai proses mengeluarkan hasil atau pengahasilan. Dalam kamus Inggris-Indonesia oleh Jhon M. Echols dan Hasan Sadily kata "production" secara linguistik mengandung arti pengahasilan ( Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, 1996).

Dalam teori konvensional, disebutkan bahwa teori produksi ditunjukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan( input )

Baca juga : Harta (Mal) Dalam Pandangan Ekonomi Islam

Untuk produksi dan menjual keluaran atau produksi. Lebih lanjut ia menyebutkan teori produksi juga memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efesiensi produksinya ( Adiwarman, 2007 ).

Tri Pracoyo dan Antyo Pracoyo ( 2006 ) mendefinisikan bahwa produksi sebagai suatu proses mengubah kombinasi input menjadi output. Pengetartian produksi tidak hanya terbatas sebagai proses pembuatan saja tetapi juga sebgai penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali hingga pemasaranya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. 

Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi diamsusikan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Masalah pokok yang di hadapi produsen dalam melakukan kegiatan produksi adalah berapa output yang harus diproduksikan dan bagaimanakah mebgombinasikan berbagai input ( faktor produksi ) agar dapat menghasilkan output yang secara efesien ( Mannan, 1993 ).

Baca juga : Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Para ahli ekonomi mendefinisikan produksi sebagai menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Atau secara konvensional, produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Terminologi produksi tidak ditemukan pada nash-nash, baik Al-Qur'an maupun hadis. Akan tetapi, ada dua terminologi yang bisa dipakai Dalam menjelaskan makna produksi ini, yaitu "al-kasab" atau " al-intaj" ( Abidin, 2008 ).

Terminologi al-kasab lebih tepat dipakai dalam ilmu ekonomi Islam daripada sekedar konsep produksi. Hal ini disebabkan karena kata kasab banyak ditemukan dalam ayat Al-Qur'an maupun hadis. Misalnya Firman Allah tentang kewajiban mengeluarkan zakat dari usaha yang baik ( QS Al-Baqarah [2]:267 ) dan hadis yang mengatakan bahwa tidak ada makanan yang dimakan oleh seorang lebih baik dari hasil usahanya ( kasab ) sendiri, sesungguhnya Nabi Daud as. Makan dari hasil usahanya sendiri (HR Bukhari).

Kasab () merupakan isim masdar dari---- yang berarti berusaha, berkerja, memcari nafkah, dan lain sebagainya. Kasab juga diartikan bisnis yang dengan segala bentuknya telah terjadi dan menyelimuti aktivitas manusia setiap harinya. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi, tak terlepas dari cukupan bisnis. 

Baca juga : Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Ekonomi Islam

Mulai dari tempat tinggal ( rumah seisinya), segala pakaian, beraneka ragam makanan, mobil, temp at bekerja dan sebagainya merupakan hasil dari proses bisnis. Intinya segala apa yang ada dan dimiliki serta dilakukan oleh manusia tak lepas dari hasil dan produk bisnis ( Arifin, 2009).

Menurut Al-Syaibani sebagaimana bahwa usaha produktif ( al-iktisab ) adalah usaha untuk menghasilkan harta melalui cara-cara yang diperbolehkan atau dihalalkan syariat ( Arifin, 2009 ). Secara tidak langsung pengertian ini telah memberikan batasan antara teori produksi yang islami dengan teori produksi konvensional yang bebas nilai dan norma. 

Sedangkan dalam ekonomi Islam, nilai merupakan kunci yang tidak biasa ditawar-tawar, Karena Islam itu sendiri adalah sumber nilai dalam segala aspek kehidupan termasuk ekonomi. Jadi nilai syariat Islamlah yang menjadi roh dalam epistimologi ilmu ekonomi Islam.

B. Faktor Produksi
M. Netajullah Sidiqi menyambutkan bahwa di kalangan para ekonom Muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi. Ada yang berpendapat terdiri atas amal/kerja ( labor ), tanah ( land ), dan modal ( capital ). 

Dan ada yang memasukan tanah (land ) ke dalam modal ( capital ). Seperti yang dikemukakan oleh An-Najjar bahwa faktor produksi terdiri dari dua elemen, yaitu amal ( labor ), dan modal ( capital ) ( Marathon, 2007 ).

1. Amal/kerja ( labor )

Dalam syariat Islam, amal adalah segala daya dan upaya yang dicurahkan dalam menghasilkan dan meningkatkan kegunaan barang dan jasa, baik dalam bentuk teoritis ( pemikiran, ide, konsep ) maupun aplikatif ( tenaga, gerakan ) sesuai dengan syariah. Seperti halnya rutnitas dalam sebuah industri ( perusahaan ), perdagangan, pertanian, kedokteran, pendidikan, maupun jasa-jasa sosial lainnya. 

Selain itu, segala kemampuan dan sumber-sumber kehidupan yang ada menuntut manusia terhadap pemberdayaan yang memiliki nilai guna dalam kehidupan.

Bekerja merupakan fondasi dasar dalam produksi sekaligus berfungsi sebagai pintu pembuka rezeku. Menurut Ibnu Khaldun, bekerja merupakan unsure yang paling dominant bagi proses produksi dan merupakan sebuah ukuran standard dalam sebuah nilai. 

Proses produksi akan sangat bergantung terhadal usaha atau kerja yang dilakukan oleh karyawan, baik secara kualitatof maupun kuantitatif. Adapun faktor produksi yang lain berfungsi sebagai komplementer atas daya dan upaya manusia dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu, dengan adanya profesonalisme dalam bekerja  akan meningkatkan nilai atas basil produksi ( Marathon, 2007 ).

2. Modal ( Capital )

Dalam pandangan ekonom, capital adalah bagian dari harta kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, seperti mesin, alat produksi, equipment ( peralatan ), gedung, fasilitas kantor, tranportasi, dan lain sebagainya. Dalam oprasionalnya, capital mempunyai kontribusi yang cukup berarti bagi terciptanya barang dan jasa. 

Sebagai konsekuensi, capital berhak mendapatkan kompensansi atas jasa yang telah diberikan. Dalam kapitalisme, capital berhak mendapatkan bunga sebagai kompensasi pinjaman ( retuy of loan ).

Merujuk pada sistem ekonomi Islam, kompensasi pinjaman yang diberikan dibedakan berdasarkan atas Jeni's komoditas yang dipinjamkan ( invested ). Apabila modal yang diinvestsikan beruapa yang, maka konsep yang bisa digunakan dalam syariah adalah bagi basil. Namun jika yang diinvestasikan berupa mesin dan perlatan lainnya, maka yang wajib dibayarkan adalah biaya sewa tersebut.

C. Aktifitas Produksi Dalam Al-Qur'an dan Hadis
Di dalam ajaran Islam ditemukan sejumlah ayat Al-Qur'an dan al-Hadis baik secara tersirat ataupun terusrat menjelaskan pentingnya aktivitas produksi untuk kemaslahatan manusia, baik didasarkan secara individu ataupaun masyarakat. Di antara ayat-ayat dan hadis tersebut adalah sebagai berikut:

QS. An-Nahl (16): 5
Atinya: "Dan dia telah menciptakan bintang ternak untuk kamu; padanya adanya Ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, sebahagiannya kamu makan"

Penjelasan:
Al-Maraghi, menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut nikmat yang dilimpahkan kepada para hambanya, bahwa dia telah menciptakan binatang ternak bagi mereka, seperti unta, sapi, dan kambing, sebagaiman diuraikan dalam Surat Al-An'am, bahwa dia menyebutkan delapan pasang, dan dia telah menyediakan bebagai manfaat bagi mereka pada binatang ternak itu. Seperti bulu untuk dijadikan pakaian dan tempat tidur, susu untuk diminum dan anak-anak ternak untuk dimakan ( Al-Maraghi, 1992:99 ).
. . : . . ( ).
Artinya: Dari Miqdam RA dari Rasul SAW is bersabda: tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan hasil kerja (produksi)nya sendiri dan sesungguhnya Nabi Dawud AS mengkonsusmsi dari basil kerjanya sendiri" ( HR. Al-Bukhari ).

Dari hadis ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa makanan terbaik dari seseorang muslim adalah hasil usaha/hasil keringat kerja keras tangannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, dari hadis ini pula kita dapat ketrangan dari Rasulullah bahwa banyak nabi sebelum beliau melaksanakan usahanya dari tanganya seperti Nabi Daud bekerja sebagai pandai besi, melunakan besi.

Nabi Nuh adalah tukang kayu/pembuat perahu, Nabi Idris adalah tukang jahit, Nabi Yusuf sebagai admin/bendahara, dan mayotitas Nabi adalah mengembala kambing atau domba-domba, pedagang dan akhirnya menjadi da'I dan menyerukan agama Islam.

Umar radhiallahu 'anhu beperpendapat bahwa melakukan aktivitas produksi lebih baik daripada mengkhususkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah, dan mengandalkan manusia dalam mencakup kebutuhannya. 

Sebagaimana riwayat yang mengatakan, bahwa beliau melihat tiga orang di masjid tekun beribadah, lalu bertanya kepada salah satu dari mereka, " Dari kamu makan ?" ia menjawab "aku hamba allah, dan dia mendatangkan rezekiku sebagaimana dia menghendaki". Lalu beliau meninggalkan Dan menuju ke orang kedua seraya menanyakan hal yang sama. 

Orang media menjawab, "aku memiliki saudara yang mencari kayu di gunung untuk dijual, lalu ia makan sebagian hasilnya, dan sebagianya lagi untuk memenuhi kebutuhanku." Umar Radiallahu'anhu berkata, "Saudarmu lebih beribadah daripada kamu" (Ibnu Ahmad, 2010).

D. Prinsip Aktivitas Produksi

1. Prinsip Tauhid

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan ketuhanan, is bertitik tolak dari tuhan dan memiliki tujuan akhir pada tuhan. Tujuan ekonomi ini membantu manusia menyembah tuhannya. Prinsip ketuhanan menjadikan seorang Muslim tidak akan mengambil barang yang bukan miliknya Dan tidak akan memakan harta yang bukan haknya. 

Hal ini dikarenakan adanya perasaan selalu diawasi (Qardhawi, 1997 ).
Prinsip tauhid adalah ajaran fundamental Islam. Prinsip ini mengatakan bahwa produsen melangsungkan kegiatanya Karena ketunduknya pads Allah dan termotivasi beribadah pada-Nya. 

Berdasarkan prinsip ini, Allah telah menetapkan batas, aturan, dan hukum at as aktivitas produksi yang dilakukan manusia, memegeskan kewajiban mereka oada Allah Swt. Kepada sesama manusia, dan alam semesta. 

Berdasakan prinsip ini, manusia dibebaskan dari belenggu matrealistik walaupun secara mutlak tidak ditolak (Sukarno,2010).

2. Prinsip Kemanusian

Prinsip kemanusian, pertama adalah kewajiban manusia untuk menyembah Allah Swt. Dan memakmurkan bumi (QS HUD [11]: 61 )

Dalam kegiatan produksi, prinsip kemanusiaan do implement as ikan secara luas dimana semua manusia mempunyai hak untuk mental total is as ikan kemampuan produktifnya untuk neningkatkan kapasitas kesejateraannya. 

Hal ini dikarenakan manusia mempunyai kebutuhan spesifik, menjadi pengelolah dan mengambil manfaat Dari sumber daya ekonomi, serta mampu merekayasa keadilan sosial bagi anggota masyarakat.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini menegaskan bahwa berlaku adil dengan soap pun akan meningkatkan kapasitas produksi Dan kualitas hidup manusia. Prinsip ini misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 8, kata adl merupakan suatu sikap yang dekat dengan ketakwaan. Prinsip keadilan merupakan implementasi hubungan sesama manusia berdasarkan keyakinan pada allah. 

Karena  manusia diciptakan berdasarkan hak, kewajiban, dan tanggung jawab mana prinsip keadilan mengupayakan keadlian dalam semua konteks kehidupan, di damping itu keadilan atau keseimbangan adalah karakter Alam semesta.

Dan karakter munusia yang diimplementasikan dalam kehidupannyahak-hak pekerja Dan perusahaan, menetapkan haraga produksi yang sesuai dengan kemampuan konsumen (Sukarno, 2010).

4. Prinsip Kebijakan

Prinsip imi menegaskan pemahaman bahwa  manusia harus melakukan sebanyak mungkin kebijakan dalam hidupnya. Prinsip INI memiliki imikasi vertikal Dan horizontal. Pada dimensions vertikal, prinsip ini adalah Allah dan setiap kebijakan akan mendapatkan balasan. Sedangkan dimensions horizontal kebaikan yang dilakukan sesama manusia Dan lingkungan alamnya.

Dalam prinsip, kebijakan Ada prinsip bahwa dengan mengelolah dumber data ekonomi, sesungguhnya manusia telah men can dual is as in an kebaikannya sebagai hamba Allah day khilafahnyayaitu mengaktualisasikan potensi alamiahnya secara optimal untuk mendudukan funsinya di dunia dan memuliakan perintah Allah Swt.

5. Prinsip Kebebasan Dan Tanggung Jawab

Islam mengakui Dan menghargai kebebasan manusia Karena penciptaan manusia memiliki tujuan yang jelas (QS Ali Imran [3] 190-191 ) yaitu tidak tunduk pada apapun selain Allah (QS Luqman [31] 32).

Dalam kegiatan lroduksi, prinsip kebebbasan Dan tanggung jawab bersifat inheren. Kegiatan produksi mengambil manfaat, mengekplorasi, dan mengelolah dumber data ekonomi disertai larangan merusak Dan bertanggung jawab untuk melestarikannya. 

Hal ini menandakan bahwa prinsip kebebasan dan tanggung jawab bermakna untuk menjad manusia yang berkualitas maka setiap perbuatan bebas manusia harus mengandung implikasi moral Dan psikologis  yaitu tanggung jawab kepada diri, masyarkat Dan tuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam.
Jl. Tbra Raya No. 23 Rawamangun, Jakarta
Adesy, Fordebi, Dewan Pengurus Nasional. 2016. Ekonomi Dan Bisnis Islam.
Kharisma Putra Utama Offset, Jl. Raya Leuwinanggung No. 112,Kota Depok.
Amin Suma. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi.
Jl Sawo Raya No. 18, Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun