Mohon tunggu...
Muhammad imambaihaqi
Muhammad imambaihaqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Jepara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kaum Muda dan Radikalisme Afama

19 Januari 2022   09:21 Diperbarui: 19 Januari 2022   09:26 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum muda dengan begitu perlu dilibatkan dalam proses perubahan sosial yang kian keras. Kaum muda perlu mendapatkan pemahaman kondisi sosial ekonomi politik dan historis yang memadai sehingga memiliki gambar yang jelas tentang sebuah fenomena sebuah negara. Kaum muda tidak bisa disesatkan begitu saja. Sebuah survei yang dilakukan oleh CSIS bahwa kaum muda adalah penikmat media sosial yang sangat tinggi dari 5000 pelajar dan mahasiswa angkatan baru menggunakan media social dalam tiap harinya. 

Sementara itu, The Wahid Foundation melaporkan kaum muda sangat intensif dengan media social seperti Instagram, twitter, fadebook, dan linkedin sebanyak 77 %. Kaum muda belajar agama dari media social bukan dari ustadz-ustadzah yang berceramah secara langsung. . Keterlibatan kaum muda di dunia maya bukanlah tiba-tiba. 

Tidaklah bermasalah ketika kaum muda itu aktif dalam media sosial. Menjadi bermasalah ketika media sosial demikian didominasi dengan adanya pemberitaan kebencian kepada pihak lain. Bahkan menjadi sangat berbahaya jika yang mengunggah berita kebencian adalah kaum muda dan mereka menyukainya seperti dilaporkan Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta bahwa media sosial Islam berita kebencian mencapai 87 % dan diakses oleh kaum muda.

Radikalisme Kaum Muda 

Berdasarkan gambaran tentang kekerasan-radikalisme agama telah dikemukakan di atas, mendorong penulis untuk mendeksripsikan Fenomena Radikalisme Gerakan ISIS di Indonesia, dengan memperhatikan berita-berita di media massa dimana angkatan muda banyak terlibat di dalamnya. Seperti di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah beberapa waktu lalu menjadi bukti bahwa kaum muda tertarik dan terlibat dalam gerakan radikalis-terorisme yang terjadi di Indonesia.

Jumlah sedikit tetapi tidak bisa dibiarkan karena menganggu jumlah banyak kaum muda yang sering dijadikan sasaran untuk terlibat dalam gerakan radikalisme-terorisme di Indonesia. Fenomena ISIS merupakan isu yang saat ini ramai diperbincangkan di Indonesia saat ini semenjak kemunculannya diketahui oleh masyarakat Indonesia dari dukungan warga Indonesia yang melakukan aksi baiat di beberapa daerah serta video yang diunggah di youtube baik berupa dukungan maupun ancaman.

Gerakan ISIS memiliki ciri yang melekat pada kelompok ini yaitu; Pertama, bendera berwarna hitam. Kedua, kelompok yang lemah, Ketiga, hati yang keras . Keempat, mengaku mendirikan negara Daulah Islamiyah yang bertujuan mendirikan negara Islam. Kelima, mengajak kepada Al-Quran. Keenam, nama-nama merekasemuannya julukan atau alias. Ketujuh, nama keluarga mereka adalah nama daerah. Kedelapan, memelihara janggut mereka hingga panjang . 

Gerakan yang dipimpin oleh Abu Bakar al - Baghdadi ini dikenal dengan cara sadis yaitu menghalalkan segara cara seperti membunuh, membantai, menjarah, meneror siapapun dari kelompok manapun yang berbeda, menghalangi, dan menolak keberadaan kelompok ISIS. 

Radikalisme-terorisme ISIS jika diperhatikan dalam berita media kita dapat menyaksikan kaum muda terlibat di sana. Mereka memanggul senjata, latihan perang, bahkan tampak di sana terlibat dalam pemboman dan perang sungguhan yakni peledakan bom, mortar, bahkan pembunuhan. Radikalisme memiliki sejarah yang dimunculkan dengan sikap fanatik, intoleransi, dan ekslusif dalam Islam pertama yang ditampakkan oleh kaum Khawarij sejak abad pertama hijriyah .

Isu Krusial Antaragama 

Indonesia, merupakan negara yang secara agama multi religious, baik internal , sedangkan secara eksternal kita mengenal enam agama resmi, yakni Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghucu. Bersama-sama dengan Penganut Pengasih, Sapto Dharmo, dan lainnya di Jawa dikenal dengan sebutan penganut penghayat kepada Tuhan yang Maha Esa dan bagian dari kebudayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun