Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutukan Pengetahuan, Ketika Terlalu Tahu Malah Membebani

4 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 3 Januari 2025   16:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pakar dan profesional sering kali adalah pengajar yang buruk | Ilustrasi oleh 1tamara2 via Pixabay

Greene tidak mengungkit-ungkit fakta bahwa temuan itu bergantung pada matematika yang rumit. Sebaliknya, dia menunjukkan kepada kita dengan logika sederhana apa yang diungkapkan oleh matematika. Alih-alih mendefinisikannya dengan istilah-istilah fisika dan astronomi, dia menjelaskan sejarah alam semesta selayaknya kita menonton film yang berjalan mundur.

Cara lainnya untuk menghindari (atau setidaknya mengurangi) Kutukan Pengetahuan adalah dengan meminta umpan balik dari orang lain. Tunjukkan draf atau naskah kepada orang yang mirip dengan target audiens Anda dan cari tahu apakah mereka dapat memahaminya. Inilah mengapa para penulis profesional memiliki editor.

Jika Anda tidak memiliki rekan sejawat untuk diminta umpan balik, Anda dapat menunjukkan draf kepada diri Anda sendiri, idealnya setelah cukup waktu berlalu sehingga draf tersebut tidak lagi familier. Ketika selesai menulis artikel ini, saya membiarkannya selama seminggu penuh. Saat saya membacanya lagi untuk dipublikasi, saya mendapati diri saya berpikir, "Apa yang saya maksudkan dengan itu? Siapa yang menulis omong kosong ini?"

Keharusan untuk mengatasi Kutukan Pengetahuan bukan hanya tentang menjadi pakar atau ahli yang lebih cakap, tetapi juga tentang menjadi manusia yang lebih baik. Dengan selalu mencoba menghindari pola pikir yang sempit dan mencari tahu bagaimana orang lain berpikir dan merasa, Anda belajar untuk menemui orang lain di tempat mereka berada, membangun kepercayaan, dan menciptakan peluang untuk pertumbuhan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun