Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Politik (Sering Kali) hanya Buang-buang Waktu

22 Januari 2024   18:04 Diperbarui: 22 Januari 2024   18:10 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan ini, dengan demikian, lebih menekankan subjek politik itu sendiri yang dianggap sangat cair, tak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Dalam politik, seperti yang ditulis George Orwell dalam novelnya "1984", dua tambah dua bisa jadi lima.

Jika penjelasan ini benar, bahwa perdebatan politik begitu kuat dan sulit diselesaikan karena berurusan dengan kumpulan pertanyaan yang tak memiliki jawaban pasti, maka seharusnya perdebatan politik dapat diselesaikan ketika berhadapan dengan pertanyaan fakta.

Namun, kenyataannya tidak begitu.

Ambil contoh perdebatan tentang efektivitas hukuman mati. Mereka yang menolak hukuman mati biasanya percaya bahwa itu tak mencegah kejahatan dan bahwa banyak orang yang tak bersalah telah dieksekusi.

Sementara itu, mereka yang mendukung hukuman mati cenderung berpendapat bahwa itu memiliki efek pencegahan dan sedikit orang yang tak bersalah dieksekusi. Bisa kita lihat, perdebatan ini lebih didasari pada penilaian moral.

Padahal, efektivitas hukuman mati adalah pertanyaan fakta.

Apakah hukuman mati mencegah kejahatan seharusnya ditentukan dengan memeriksa data statistik dan studi ilmiah tentang subjek tersebut, bukan dengan merujuk pada keyakinan kita tentang sifat keadilan (kecuali pertanyaannya tentang baik-tidaknya hukuman mati).

Contoh lainnya adalah tentang efek kapitalisme. Kaum sosialis menyalahkan kapitalisme atas kemiskinan Dunia Ketiga; sebaliknya, kaum kapitalis justru melihat kapitalisme sebagai solusi untuk kemiskinan Dunia Ketiga.

Sekali lagi, itu merupakan isu fakta, sesuatu yang tak bisa dipecahkan dengan merujuk pada keyakinan moral. Kalau begitu, dengan ketersediaan bukti statistik dan studi ilmiah yang ada, apakah kedua perdebatan tersebut selesai begitu saja? Belum dan tidak.

Dengan kata lain, kehadiran fakta semata tak lantas menyelesaikan perdebatan tersebut.

Maksud saya, jika masalahnya lebih terletak pada subjek politik itu sendiri yang terlalu cair dan tak punya jawaban pasti, tapi ternyata ada fakta pun tak serta-merta menyelesaikan perdebatan politik, maka penjelasan pertama ini mungkin tak sepenuhnya benar.

Debat politik, sebagian besar, adalah debat partisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun