Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Teori Konspirasi Berisiko Mengganggu Pemilu 2024

11 November 2023   18:32 Diperbarui: 12 November 2023   19:32 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks negara demokrasi, teori konspirasi biasanya muncul dari rakyat yang, karena beberapa hal, mencurigai sekumpulan elite tengah berkomplot untuk melanggengkan aneka masalah yang ada demi keuntungan mereka sendiri.

Bayang-bayang teori konspirasi di Pemilu 2024

Saya telah menunjukkan bahwa terkadang teori konspirasi dapat berguna untuk kesehatan demokrasi, tapi saya khawatir itu hanya efek minornya saja. Pada banyak kesempatan, teori konspirasi bisa lebih rumit daripada kebohongan dan omong kosong.

Tentu saja, kebohongan (sengaja menyebarkan kepalsuan) dan misinformasi (menyebarkan kepalsuan tanpa sengaja) selalu menjadi elemen politik. Filsuf Harry Frankfurt memasukkan juga omong kosong, sebuah kategori yang tak memedulikan fakta-fakta.

Semuanya berbahaya bagi demokrasi, dan mendebat atau menyangkalnya tak akan pernah mudah karena semua itu mengaburkan batas antara benar dan salah, bahkan menyatukan keduanya. Apa yang tersisa kemudian hanyalah opini.

Teori konspirasi merupakan campuran dari semua itu. Ini adalah bentuk narasi emosional yang masuk akal bagi mereka yang mempercayai asumsi, argumentasi, dan implikasinya. Ini memperkuat perpecahan dalam masyarakat dan pandangan "kita versus mereka".

Masyarakat yang percaya pada teori konspirasi cenderung merasa tak terlibat secara politik dan bersikap sinis terhadap politisi, dan menganggap mereka tak bisa diandalkan dan korup. Sulit untuk memulihkan ketidakpercayaan dan kemarahan mereka.

Dengan pandangan yang antagonistis dan bersifat zero-sum seperti itu, bahwa keuntungan suatu kelompok hanya mungkin terjadi dengan mengorbankan kelompok lain, kepercayaan terhadap teori konspirasi akan semakin meningkat, begitu pula perpecahannya.

Sebuah penelitian menemukan bahwa kepercayaan konspirasi bisa meningkatkan dukungan terhadap otokrasi. Ini karena penganut konspirasi yakin bahwa sistem saat ini sudah busuk, jadi mereka menginginkan "sesuatu yang lain", lawan dari demokrasi.

Hilangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga, dan terhadap satu sama lain, kemudian dikombinasikan dengan rasa keluhan dan rasa kesukuan yang mendalam, tak pelak lagi akan meningkatkan gejolak polarisasi politik.

Dalam hal ini, ada korelasi antara teori konspirasi dan ketidakpercayaan publik.

Memang, sebagaimana telah ditunjukkan, teori konspirasi bisa jadi merupakan hal yang baik dan berguna, sebagai jalur penyelidikan yang tak menjanjikan tapi mampu memastikan para elite tetap bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun