Ketika orang-orang seperti kita hanya bisa memantau dari jauh, berkicau di X atau Instagram terasa seperti satu-satunya pilihan dan, jika dilakukan dengan benar, bisa memberikan efek penyembuhan (sedikit atau banyak) bagi mereka yang terkena dampaknya.
Siapa yang tak menginginkan dukungan dari orang lain, apalagi warga global?
Ya, aktivisme semangka tak akan ampuh untuk menekan Israel. Seruan dari Presiden AS Joe Biden saja, sebagaimana saya sebutkan di awal, diabaikan begitu mudahnya oleh Israel. Apa yang bisa kita harapkan dari serbuan emoji semangka untuk menghentikan perang?
Tapi, memang bukan itu tujuan intinya.
Saat ini, simbol semangka merupakan sesuatu yang mendasar dalam menggerakkan banyak orang, ribuan atau ratusan ribu orang, untuk memasuki kehidupan satu sama lain di sekitar ide dan visi bersama. Ini diperlukan guna mendorong solidaritas.
Perubahan itu sendiri tak akan terjadi melalui cuitan. Tetap saja, bukan berarti media sosial tak punya tempat dalam perjuangan dan pemulihan kemanusiaan. Perubahan, cepat atau lambat, harus dimulai dari suatu tempat.
Bagi banyak orang, ini kemungkinan besar dimulai dengan buah semangka.
Memutar mata dan mencerca mereka yang mengikuti tren ini bukanlah hal yang produktif. Respons yang lebih bermanfaat adalah mendorong orang untuk berbuat lebih banyak. Jadi, sambil mengganti foto profil menjadi semangka, mari kita dorong lebih jauh lagi.
Luangkan waktu secara sukarela untuk tetap mengawal apa yang terjadi di Gaza. Bagi yang mampu, sumbangkan uang atau bentuk-bentuk material lainnya ke badan amal. Minimal, kirimkan doa kepada mereka yang tengah histeris bertahan hidup di sana.
Saya punya teman seorang influencer di Instagram, dan ia rutin menarik perhatian orang pada apa yang terjadi di Gaza. Saya sangat mengagumi upayanya itu. Dan saya juga berharap agar mereka yang memiliki pengikut banyak juga melakukan hal serupa.
Bagi penulis yang punya kemampuan mumpuni di bidang politik internasional, saya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk menulis tentang dukungan kemanusiaan di Gaza, melawan narasi media yang merugikan, dan mengungkit konteks yang jarang dibahas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!