Tapi, saya khawatir bahwa gambar atau emoji semangka saja sama sekali tak cukup.
Sejarah (dan mitos) semangka sebagai simbol protes Palestina
Pada Juni 1967, usai Perang Enam Hari dan pendudukan Tepi Barat, Israel melarang bendera Palestina di dalam perbatasannya untuk menghalangi nasionalisme Palestina. Siapapun yang melanggar pelarangan tersebut, mereka akan dipenjara.
Pada tahun 1980-an, tiga seniman yang berada di Ramallah ditangkap karena menggunakan warna bendera Palestina dalam karya seni mereka. Seorang petugas Israel memberitahu bahwa bendera Palestina dan warna-warnanya dilarang oleh pemerintah Israel.
Kemudian salah satu seniman bertanya bagaimana jika yang digambar adalah bunga dengan warna merah, hitam, putih, dan hijau. Petugas tersebut menjawab, "Itu akan disita. Bahkan jika kau melukis semangka, itu akan disita."
Dari situlah para seniman mulai melukis semangka, yang seiring waktu menjadi simbol dari upaya subversif Palestina. Saya sekarang menantikan hari di mana Israel memutuskan untuk melarang semangka. Mereka pasti bercanda jika itu benar-benar terjadi.
Larangan pengibaran bendera Palestina berlaku setidaknya sampai tahun 1993, ketika Perjanjian Oslo melonggarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Israel. Dan memang, bendera-bendera Palestina mulai bermunculan di seluruh Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Bagaimanapun, para pemimpin terkemuka Israel tak menyukai pengibaran bendera tersebut sehingga, mudah ditebak, berusaha melarangnya kembali. Perdana Menteri Israel Banjamin Netanyahu menyebut kemunculan bendera itu sebagai "hasutan".
Pada Januari 2023, menteri keamanan nasional Israel memberikan wewenang pada polisi untuk menyita bendera Palestina. Ada upaya untuk menindaklanjuti pelarangan itu menjadi undang-undang, tapi sebelum benar-benar terjadi, semangka telah menyebar luas.
Di media sosial, sejak peluncuran emoji semangka tahun 2015, emoji ini banyak menghiasi unggahan tentang budaya, olahraga, dan politik Palestina. Setiap kali gejolak konflik di Gaza meningkat, simbol semangka rutin muncul di berbagai platform.
Biarpun terdengar masuk akal, ditambah begitu seringnya media-media memaparkan narasi sejarah tersebut, asal mula penggunaan semangka sebagai simbol subversif Palestina telah banyak diragukan para ahli.
Ada dugaan bahwa cerita yang kini beredar di media massa sebenarnya bercampur dengan mitos dan kisah-kisah lainnya yang sulit dikonfirmasi keasliannya.