Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Gampang Percaya pada Teori Konspirasi?

2 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 2 Juni 2023   06:29 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah pertama adalah kesadaran diri. Kita telah melihat bagaimana teori konspirasi sering kali dipercaya sebagai cara untuk mengatasi ketidakpastian dan kecemasan. Jadi, ketimbang panik dan ingin cepat-cepat mencari penjelasan, kita sebaiknya beralih ke mode bingung.

Panik adalah salah satu bentuk keangkuhan karena berasal dari perasaan sombong bahwa "aku tahu persis apa yang terjadi dan ini hanya akan jadi lebih buruk". Kebingungan lebih rendah hati. Orang-orang yang bingung biasanya berkata begini:

"Oke, aku tak tahu apa yang terjadi dan aku bisa saja terpapar kebohongan. Informasi yang salah itu sudah berseliweran di luar sana, jadi aku harus mewaspadainya." Sikap ini sedikit-banyak akan membantu kita untuk tak buru-buru meyakini sesuatu.

Langkah kedua adalah mengasah keterampilan berpikir kritis dan analitis. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa teori konspirasi lebih sering didukung oleh mereka yang kurang atau tak mau berpikir kritis dan rasional.

Mereka cenderung membuat cocokologi dan melebih-lebihkan penjelasan kausal atas sebuah kejadian besar. Di sisi lain, sebaliknya, orang yang berpikir kritis dan analitis lebih mampu mengendalikan kebutuhan epistemiknya sehingga tak buru-buru percaya pada sesuatu.

Jadi, jika Anda menemukan penjelasan alternatif atas sebuah kejadian besar, dan cerita itu terlalu menyederhanakan masalah dan menyalahkan satu pihak saja, waspadalah dan coba periksa logika klaim mereka berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Pada akhirnya, kita semua memang bisa agak paranoid pada waktu-waktu tertentu, terutama ketika kita sedang sedih atau kecewa atau terancam. Ini adalah bagian dari sifat alamiah kita sebagai manusia.

Perbedaannya, para penganut teori konspirasi menolak segala informasi baru yang menentang keyakinan inti mereka, sedangkan yang lainnya berpikiran terbuka dan mengevaluasi aneka bukti (atau paling tidak mempertanyakan firasat mereka sendiri dengan sepenuh hati).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun