Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Gampang Percaya pada Teori Konspirasi?

2 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 2 Juni 2023   06:29 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikianlah mengapa teori konspirasi cenderung muncul ketika orang merasa khawatir dan terancam, tumbuh dan berkembang di bawah kondisi yang serba tak pasti. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang tak berdaya lebih mungkin untuk percaya teori konspirasi.

Sederhananya, supaya berhasil dan meluas, sebuah teori konspirasi harus ditargetkan kepada orang-orang yang bersedia mempercayainya, tepat pada saat mereka kemungkinan besar akan mempercayainya, dan harus ada individu atau kelompok yang disalahkan.

Semisal, jaringan 5G konon dapat mengancam kesehatan manusia. Teori konspirasi ini sudah ada sejak lama, tapi pada tahun 2020, teori ini berpindah dari isu sampingan jadi kepercayaan arus utama ketika narasi itu dihubungkan dengan Covid-19.

Pada April 2020, sebuah artikel di The New York Times melaporkan bahwa teori konspirasi tersebut mengakibatkan lebih dari 100 insiden dalam sebulan di Inggris, termasuk perusakan dan pembakaran menara nirkabel di Birmingham.

Itu adalah contoh bagus dari teori konspirasi yang sudah ada sejak lama, tapi baru booming saat orang-orang merasa rentan dan cemas, yang akhirnya membuat orang terbuka untuk mempercayai sesuatu yang mungkin akan mereka tolak dalam kondisi normal.

Namun demikian, penelitian menemukan bahwa teori konspirasi sebetulnya tak benar-benar mengurangi kecemasan atau ketidakpastian seseorang. Justru sebaliknya, orang makin cemas dan terancam ketika mereka terlibat dengan teori konspirasi.

Jadi, orang yang tadinya merengkuh teori konspirasi agar dirinya merasa pasti tentang suatu hal, misalnya terkait dampak vaksin atau kondisi iklim, biasanya berakhir dengan tingkat kecemasan dan ketidakpastian yang lebih besar lagi.

Dalam pengertian ini, teori konspirasi tampaknya hanya lebih menarik daripada memuaskan.

3. Bias konfirmasi

Begitu sebuah keyakinan terbentuk, orang akan sangat ingin mempertahankannya. Ini berarti, orang cenderung mencari informasi yang mengonfirmasi keyakinannya dan kemudian menafsirkan peristiwa melalui lensa keyakinan ini, mengabaikan bukti tandingan.

Itu adalah bias konfirmasi: tendensi orang untuk mencari dan meyakini data yang mendukung pandangan mereka sendiri sambil mengabaikan hal-hal yang menentangnya. Bias konfirmasi juga memungkinkan orang untuk memilah informasi sesukanya.

Teori konspirasi sering kali mengeksploitasi bias ini, menyajikan narasi terdistorsi yang sesuai dengan keyakinan yang sudah terbentuk sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun