Latihan mindfulness adalah salah satu cara yang baik untuk jadi lebih selaras dengan emosi kita sendiri. Dengan cara ini kita dapat mulai mengamati perasaan dan pikiran kita secara lebih objektif.
Mindfulness sendiri merupakan praktik mental yang melibatkan pemusatan perhatian secara sengaja pada momen saat ini, tanpa menghakimi. Kita seolah masuk ke dalam pikiran kita sendiri dan mengamati semua emosi di dalamnya tanpa bereaksi apa pun (kecuali senyum).
Kendati mindfulness mungkin tak sepenuhnya menghilangkan bias negatif, apalagi ini sudah jadi insting tersendiri dalam kinerja psikologis kita, mindfulness setidaknya dapat membantu kita jadi lebih sadar akan pola pikir negatif kita tanpa terjebak di dalamnya.
Siklus pemikiran negatif, dengan demikian, bisa diputus, dan ini memungkinkan kita untuk merespons situasi secara lebih jernih.
Contohnya, jika seseorang merasa cemas tentang presentasi esok hari, dia bisa menggunakan teknik mindfulness untuk menyadari pikiran dan perasaan cemas yang memenuhi kepalanya, tanpa menjadi terbebani olehnya.
Demikianlah, alih-alih gigit kuku tak jelas atau mondar-mandir tanpa guna, dia merespons kekhawatirannya dengan cara yang lebih produktif, seperti mempersiapkan presentasi dengan lebih matang atau mencari dukungan dari rekan-rekannya.
Tentu itu bukan perkara mudah. Ketika orang merasa cemas, pikirannya terdistorsi pada satu-satunya hal yang dicemaskannya. Tapi siapa bilang ini cara gampangan. Agar berhasil, kita perlu melatih kemampuan mindfulness kita.
Ada banyak cara untuk melatihnya. Salah satu yang paling populer, dan saya juga berusaha mengaplikasikan ini secara rutin, adalah meditasi. Metode meditasi juga ada banyak, jadi mungkin Anda memerlukan panduan khusus tentang itu.
Intinya, sebagai penutup, bias negatif memang "terjadi begitu saja" pada otak kita, tapi bukan berarti kita tak bisa mengendalikannya. Lagi pula, sebagaimana sudah kita lihat, insting ini juga berguna dalam beberapa hal.
Bagaimanapun, kita seharusnya tak mengingkari tragedi perubahan iklim dan gizi buruk yang terjadi saat ini. Namun pada saat yang sama, kita pun perlu sadar bahwa bias ini mendorong kita untuk mendramatisasi keadaan, yang ujung-ujungnya bikin kita depresi tanpa alasan.
Jadi apa selanjutnya? Redam ramalan malapetaka, beralih dari mode panik ke mode bingung. Panik adalah salah satu bentuk keangkuhan karena berasal dari perasaan sombong bahwa "saya tahu persis dunia akan jadi lebih buruk".