Namun, "memberi" di sini bukan berarti menyerahkan sesuatu sehingga kita tidak lagi punya sesuatu itu, atau menjual yang membuat pemberian kita semata-mata adalah demi menerima bayaran. Tindakan memberi ini bukanlah pemiskinan.
Justru, tindakan memberi merupakan wujud betapa kita berlimpah, berguna, bahagia, atau singkatnya, betapa kayanya hidup kita. Secara psikologis, hanya orang miskin dan melarat yang menimbun sesuatu dengan gelisah, tak peduli seberapa banyaknya yang dia miliki.
Dengan kata lain, kapasitas kita dalam mencintai akan senantiasa bergantung pada kapasitas kita untuk menjadi pribadi yang berdaulat atas diri kita sendiri. Cinta yang dewasa adalah penyatuan di mana integritas masing-masing individu tetap terpelihara.
Paradoksnya, dua insan jadi satu, tapi masih dua.
Jadi, sementara cinta meruntuhkan tembok-tembok pemisah manusia dari sesamanya serta mengatasi perasaan terisolasi dan keterpisahan, cinta juga harus memungkinkan manusia untuk menjadi dirinya sendiri, mempertahankan individualitasnya.
"Cinta adalah sebuah kesenangan yang timbul dari kehadiran orang lain," tulis Rollo May dalam bukunya Man's Search for Himself, "yang menegaskan nilai dan perkembangannya sejauh yang dia miliki sendiri."
Lewat cintalah kita menyerahkan diri sendiri sekaligus menemukan diri sendiri. Dengan bingkai begitu, bahwa saya dicintai karena saya mencintai, berarti cinta semestinya turut melahirkan cinta yang lain.
"Jika Anda mencintai tanpa melahirkan cinta," tulis Karl Marx, "bila melalui ekspresi vital diri Anda sebagai orang yang penuh kasih Anda gagal menjadi orang yang dicintai, maka cinta Anda impoten. Ini adalah kemalangan."
Jadi, sekali lagi, kita baru akan membuat kontribusi yang sangat berguna untuk dunia yang mencekam ini jika kepedulian kita kepada sesama dan orang asing bermula dari upaya kita menjadikan diri sendiri mampu mencintai.
Itulah benih kemanusiaan dan kebahagiaan.Â
"Kebahagiaan terbesar yang bisa kita punya adalah mengetahui bahwa kita tak membutuhkan kebahagiaan," kata William Saroyan. Dan, meniru slogan iklan yang saya sebut sebelumnya, hidup akan [bahagia] dengan cinta dan ice cream.