Sekali lagi, AI harus jadi asisten, bukan malah kita yang melayaninya. Dunia yang diliputi kecanggihan AI barangkali adalah surga, tapi tak manusiawi; semacam surga yang diciptakan bukan untuk kita, manusia.
Harapan saya, kendati saya bukanlah pribadi yang suka berharap, AI akan menangani aneka pekerjaan "remeh" yang selama ini menguras umur kita.
Hasilnya, kita bisa bersua di kafe atau taman kota pada setiap sore yang berseri, bercakap-cakap tentang jati diri Sapiens di masa silam dan masa mendatang, tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi, atau tentang Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H