Sebagai seseorang yang (katakanlah) egois, setiap kali saya membaca sebuah tulisan yang memukau, saya selalu berharap bahwa itu adalah buah pikiran saya. Dan tak ada cara lain untuk mewujudkan ini selain memulai karya saya sendiri, bukan mengklaim tulisan mesin.
Jika menulis tak lagi menjadi ekspresi diri, maka AI bukanlah asisten; kitalah asistennya.
Keempat, kita akan (selalu) lebih suka membaca apa yang ditulis orang sungguhan. Dalam kasus sebelumnya, sekalipun AI bisa mencapai atau bahkan melebihi tingkat penulisan Shakespeare, saya kira Shakespeare yang asli tetap akan lebih membekas dalam benak.
Saya membayangkan bahwa suatu waktu, entah bagaimana, seorang novelis dianugerahi hadiah Nobel. Namun sebelum dia menyampaikan pidatonya, seseorang berteriak dari bangku penonton: "Dia tak pernah menulis novel! AI yang melakukannya!"
Orang itu jelas harus diajari sopan santun, tapi di sisi lain kita ragu apakah penulis yang diteriakinya itu masih mampu menampilkan wajahnya di hadapan umum atau tidak. Ini pasti akan menjadi kisah sejarah yang menarik.
Berdamai dengan AI
Jadi, apakah AI akan menggantikan profesi menulis di masa depan? Atau, lebih ketatnya, siapa penulis yang benar-benar terancam oleh AI? Jika yang kita maksud adalah penulis caption di media sosial, email spam, dan deskripsi produk, maka prospek AI cerah.
Namun jika yang kita maksud adalah penulis terampil yang secara konsisten mengusung narasi utama, sub-plot, model dunia terpisah yang tersirat dari perilaku karakter-karakter rekaan mereka, dan bahwa cerita mereka bukanlah cerita sebenarnya melainkan suatu metafora rumit yang menyinggung kondisi politik, seperti halnya George Orwell, AI saat ini masih sangat gelap.
Ringkasnya, tulisan yang dihasilkan AI agaknya bakal mengambil alih tulisan berskala rendah. Jenis tulisan lainnya, yang menyematkan pemahaman kompleks, masih berada di luar jangkauan kemampuan AI mutakhir.
Kita memang tak tahu bagaimana jadinya masa depan manakala AI sudah mencapai tahap (nyaris) sempurna. Namun sekarang cukup jelas bagi kita bahwa AI akan memainkan peran besar dalam membuat dan mendistribusikan semua jenis konten (teks, audio, video).
Secara umum disepakati bahwa, alih-alih menolak dan melawan, AI paling berguna kalau melengkapi keahlian penulis itu sendiri. Seorang penulis bisa saja bersikeras untuk menyangkal keberadaan AI, tapi tidakkah sia-sia perjuangan itu?
AI akan terus ada dan berkembang, sehingga penulis lain yang memanfaatkannya mungkin akan senantiasa satu langkah lebih jauh daripada mereka yang tidak memanfaatkannya (Ippolito dkk., 2022)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!