Sedangkan, sebagian besar produktivitas saya muncul dari adanya fleksibilitas dalam proses pengerjaan. Ketika saya mendapati dua tugas yang salah satunya begitu berat namun penting, kadang lebih nyaman bagi saya untuk mengeksekusi yang lain dulu agar nanti ringan pikiran.
Atau kadang, saya memang mengerjakan yang tersulit dulu tanpa benar-benar menyelesaikannya. Jika saya merasa mentok, saya akan beralih ke tugas lain dan di waktu nanti kembali lagi ke tugas pertama.
Apa yang penting, saya bisa tetap produktif dan menyelesaikan kedua tugas itu dengan tepat waktu. Dan ini berarti, produktivitas adalah hal yang sangat pribadi.
Aturan kedua lebih relevan bagi saya. Setiap pagi, saya menyempatkan dua jam pertama saya untuk mengerjakan prioritas pertama saya. Misal, belakangan saya tengah sibuk mempelajari sebuah disiplin yang benar-benar ingin saya kuasai (atau minimal, pahami).
Karenanya, saya senantiasa meluangkan dua jam pertama saya di pagi hari untuk membaca buku-buku atau sumber lain yang berkaitan dengan subjek itu. Awalnya memang kurang nyaman, tapi setelah terbiasa, saya justru merasa bersalah kalau melewatkannya.
Dari situ muncul pertanyaan: Bagaimana agar bisa bertahan dalam fase-fase ketidaknyamanan itu? Maksud saya, tentu orang tahu bahwa sesuatu yang sudah dibiasakan akan dengan sendirinya mudah dilakukan.
Tapi, tepatnya, apa yang bisa membuat orang jadi seperti itu? Apa yang mendorong orang untuk terus melakukan sesuatu yang dianggapnya penting, sekalipun itu sulit dan, dalam banyak kasus, menyusahkan?
Ada "trik psikologis" yang sangat menarik dari William James tentang persoalan ini. Kata James (1884), "If you want a quality, act as if you already have it." Jadi untuk mengatasi penundaan, bertindaklah seolah-olah kita tertarik terhadap apa yang harus kita lakukan.
Habiskan beberapa menit saja untuk melakukan bagian pertama dari apa pun yang kita hindari atau tunda-tunda, dan tiba-tiba kita akan merasakan kebutuhan yang kuat untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Lihatlah diri kita sebagai tipe orang yang menyelesaikan tugas penting dengan cepat dan baik secara konstan. Gambaran mental ini akan memberikan efek yang kuat pada perilaku kita. Citra diri kita, cara kita melihat diri kita di dalam, sangat menentukan kinerja kita di luar.
"Trik" ini jelas melawan kemapanan asumsi khalayak. Akal sehat menunjukkan bahwa peristiwa dan pikiran tertentu menyebabkan orang merasa emosional, dan ini pada gilirannya memengaruhi perilaku mereka.