Dalam hal ini, vuja de juga merupakan semacam updating and rethinking pandangan kita sendiri.Â
Proses pembaruan dan pemikiran ulang ini agaknya dapat dimulai dengan kerendahan hati intelektual, yaitu mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Kita semua harus bisa membuat daftar panjang area di mana kita tidak tahu (dan kita ingin mengetahuinya).
Area saya, misalnya, mencakup fisika, astronomi, fashion, apa yang kita maksudkan dengan "ketakterhinggaan", dan mengapa kita tidak bisa menggelitik diri sendiri. Langkah semacam ini, kalau bukan menuntaskan persoalan, adalah cara untuk membuka pintu keragu-raguan.
Saat kita mempertanyakan pemahaman kita saat ini, kita menjadi ingin tahu tentang informasi apa yang kita lewatkan. Pencarian ini membawa kita pada penemuan-penemuan baru, yang pada gilirannya menjaga kerendahan hati kita dengan menyadari betapa kita masih harus belajar.
"Jika pengetahuan adalah kekuatan," ungkap Adam Grant, "mengetahui apa yang tidak kita ketahui adalah kebijaksanaan... Kutukan pengetahuan adalah bahwa ia menutup pikiran kita dari apa yang tidak kita ketahui."
Penilaian yang baik bergantung pada memiliki keterampilan (dan kemauan) untuk membuka pikiran kita. Itu karena berpikir kritis bukanlah upaya menyatukan atau memunculkan yang familier di bawah selubung prinsip besar.
Berpikir kritis adalah mempelajari ulang cara melihat, mengarahkan kesadaran seseorang, menyediakan tempat khusus bagi setiap gambaran.Â
Demikianlah, saya cukup yakin bahwa dalam hidup yang semakin rumit, vuja de adalah kebiasaan yang sangat penting dan semakin mendesak.Â
Tentu saja, saya mungkin salah. Dan jika memang begitu, saya akan cepat masuk ke dalam mode vuja de, lalu memikirkan ulang semua yang saya tulis.
"Look closely. The beautiful may be small." (Immanuel Kant)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H