Selepasnya, kita perlu memperbaiki kebobrokan proses pembelajaran yang umumnya masih menerapkan cara-cara usang. Perbaikan inilah yang merujuk pada demokratisasi pendidikan secara substansial, di mana pelajar dan pengajar berjalan beriringan menjadi subjek seraya disatukan oleh objek yang sama.Â
Dua aspek tersebut merupakan suatu alur yang bertahap untuk menuju Merdeka Belajar. Harapannya, kita dapat bahu-membahu mewujudkan misi ke-4 SDGs dan kemudian menatap Indonesia yang lebih gemilang melalui generasi emas 2045. Pendidikan adalah paspor masa depan, karena hari esok adalah milik mereka yang mempelajarinya hari ini.
oleh Muhammad Andi Firmansyah, Garut
Catatan Kaki
[1] Salah satu pertimbangannya adalah perbedaan indeks harga di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang mendekati perbatasan atau terpencil dari pusat distribusi logistik. Lihat, misalnya, Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Indonesia 2022. Badan Pusat Statistik.
[2] Konsep trickle-down effect menegaskan tentang pentingnya peranan kutub pertumbuhan wilayah sebagai penggerak wilayah utama atau "lokomotif pertumbuhan" yang selanjutnya menyebarkan hasil-hasil pembangunan ke wilayah lain. Namun kenyataannya, strategi ini sering gagal dan malah menimbulkan kesenjangan yang semakin pekat di antara berbagai titik. Lihat, misalnya, Aghion, P. (1997). A Theory of Trickle-Down Growth and Development. Review of Economic Studies, 64, 151--172.
Daftar Pustaka
Anthony, J., & Padmanabhan, S. (2010). Digital Divide And Equity In Education: A Rawlsian Analysis. Journal of Information Technology Case and Application Research, 12(4), 37--62. https://doi.org/10.1080/15228053.2010.10856195
Branden, K. van den, Avermaet, P. van, & Houtte, M. van (Ed.). (2011). Equity and Excellence in Education: Towards Maximal Learning Opportunities for All Students. Routledge.
Brennan, J. (2016). Political Philosophy: An Introduction. Cato Institute.
Charalambous, E. (2018). Equity and Quality Dimensions in Educational Effectiveness. Springer Berlin Heidelberg.