Ungkapan "saya ingin menjadi normal" sebenarnya merupakan perasaan betapa seseorang ingin diterima oleh sekitarnya dan diakui keberadaannya.
Tetapi orang mengambil langkah yang aneh, bahwa kemudian mereka menenggelamkan diri dalam Perilaku Kerumunan sehingga lebih mirip seperti "domba-domba terbaik di dunia". Padahal sejarah telah mengajari kita bahwa orang-orang besar adalah mereka yang orisinal.
Kini kita harus meruntuhkan paradigma umum bahwa menjadi "normal" bukan berarti mengikatkan diri pada Perilaku Kerumunan, melainkan menjadi diri sendiri.
Memang adakalanya kita mesti mengikuti Perilaku Kerumunan sebagai kesadaran moral kita atas kebersamaan, tetapi tuntutan tersebut hanya muncul dalam segelintir kesempatan saja.
Dalam banyak waktu, kita diberi pintu terbuka untuk menjadi apa adanya kita dan tidak memaksakan diri untuk (selalu) sesuai dengan standar perilaku umum. Kita mesti keluar dari genangan kebencian-diri dan sebagai gantinya, mencintai sinar kita sendiri.
Menjadi diri sendiri bukan berarti menjadi stagnan dan berhenti berkembang. Justru penerimaan diri merupakan batu pijakan kita untuk terus melangkah dan menari sepanjang jalan, sebab tanpa kecintaan terhadap diri sendiri, segala perkembangan tidak memungkinkan.
Apa yang terpenting, saya adalah satu-satunya bagi diri saya sendiri, atau pribadi yang alami bagi dimensi spiritual.
Pada suatu waktu yang mengerikan, sesosok alien datang melawan saya di balik cermin dalam kedekatan yang akrab dan sangat mengganggu. Di kedalaman matanya, saya menemukan gambar saya sendiri yang saya sadari sebagai diri saya yang sempat terasing.
Namun ketika saya menjalani hidup sebagai diri saya sendiri yang sejati, bayangan tersebut berubah menjadi seseorang yang persis sama seperti saya, atau lebih tepatnya, itu memanglah bayangan saya sendiri yang sebagaimana adanya.
Kita mesti berani untuk menentukan nilai-nilai kita sendiri dan tetap berkontribusi secara sosial. Hidup adalah tentang menjaga keseimbangan yang rapuh tersebut, dan dengan begitulah kita bisa merasakan betapa kita memang berharga bagi dunia.
Seperti yang juga dikatakan Albert Camus, "Tidak ada yang menyadari bahwa beberapa orang mengeluarkan energi yang luar biasa hanya untuk menjadi normal." Kini kita telah menyadari batasan tersebut, dan kita diberi pilihan untuk memutuskannya secara merdeka.