Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebebasan (Mutlak) Hanyalah Kehampaan

21 September 2021   07:40 Diperbarui: 21 September 2021   07:44 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna kehidupan sulit untuk dicari dalam kebebasan mutlak | Ilustrasi oleh Djedj via Pixabay

Kita mesti belajar untuk hidup berdampingan dengan kontradiksi, karena segala sesuatu di dunia ini bisa saja hitam dan putih secara bersamaan, pun kita harus tahu bahwa hitam berarti putih serta demikian pula sebaliknya pada momen atau konteks tertentu.

Kehidupan memang demikian adanya, tetapi bukan berarti hidup selalu tentang kekacauan. Justru itulah keharmonisan kehidupan. Jika Anda merasa itu janggal, saya khawatir Anda tidak pernah memeriksa bagaimana selama ini Anda bertahan dalam "kekacauan" itu.

Menancapkan pagar pada batas tertentu bukanlah cara untuk mengekang kebebasan kita sebagai manusia. Justru yang demikian adalah cara kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap anugerah kebebasan kita sebagai manusia.

Anda berkomitmen hingga batas tertentu pada suatu hal, kemudian Anda menyelesaikannya dengan "sempurna" selama beberapa waktu, tapi toh ujung-ujungnya Anda tetaplah bebas untuk menetapkan komitmen Anda terhadap sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Hidup kita selalu dipenuhi langkah-langkah kecil daripada lompatan besar yang sering membuat kita tergelincir. Menetapkan batasan medan pertempuran bukan berarti menyangkal kebebasan, melainkan menghargai kebebasan dengan cara yang lebih efektif.

Ada banyak hal di dunia ini yang bisa kita pedulikan, mulai dari iklim, pendidikan, perpolitikan, dan sebagainya. Tapi kita bukanlah Tuhan yang bisa mengendalikan segalanya.

Anugerah kebebasan mesti kita pandang sebagai kemerdekaan untuk memilih nilai-nilai kita dan berkomitmen terhadapnya sampai kita benar-benar selesai terhadapnya. Kita adalah pilihan kita.

Saya berkomitmen untuk filsafat sejak dua tahun yang lalu dan bukan berarti saya menutup diri dari ilmu pengetahuan lain, khususnya ranah eksakta.

Jika saya sudah mendapatkan apa yang menjadi garis besar dan kedalaman dari filsafat, entah seberapa lama itu, saya akan memperluas "pagar" saya pada yang lain. Begitulah kehidupan. Ini adalah tentang menggeser batasan secara perlahan, tetapi begitu bermakna.

Bayangkan bahwa hidup ini menuntut kita untuk mencentang daftar pencapaian. Dan saya pikir, lebih baik mencentang satu hal dengan sempurna daripada mencentang banyak hal dalam taraf biasa saja.

Setiap individu adalah satu keping puzzle dari kesempurnaan alam semesta. Dia tidak bisa menempati posisi lain sebelum dirinya sendiri sudah melaksanakan bagiannya. Jika sudah, dia bisa menjadi kepingan lain dengan cara yang sama sepanjang waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun