Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penderitaan yang Mengasyikkan

8 September 2021   20:25 Diperbarui: 8 September 2021   20:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah mengapa penderitaan punya daya magnetis tersendiri bagi saya. Ketika tidak ada sesuatu pun yang membuat saya menderita, saya menciptakannya dengan sengaja. Bukan untuk menyengsarakan diri, melainkan untuk menikmati keseimbangan hidup ini.

Dan saya pikir semua orang melakukan itu. Secara tidak sadar, semua orang mencari penderitaannya masing-masing pada jalan yang beragam.

Lihat bagaimana orang-orang tertentu begitu antusias menonton film horor, tetapi ketika bagian hantunya menampakkan diri, mereka malah menutup matanya. Bukankah mereka membayar untuk menyaksikan hal semacam itu?

Atau bagaimana dengan orang-orang yang naik wahana roller coaster sembari menutup matanya sepanjang permainan? Tapi toh mereka memang membayar untuk hal itu. Mereka menderita dengan sengaja dan mereka (setidaknya ingin) menikmatinya.

Mengapa ada dorongan semacam itu? Karena mereka menganggapnya mengasyikkan!

Saya pikir, penderitaan akan selalu mengasyikkan andaikan kita mampu menemukan nilai yang tersembunyi di dalamnya. 

Jika memang pada mulanya kita tidak mampu, setidaknya kita selalu tahu bahwa di titik manapun nantinya, nilai berharga tersebut akan muncul.

Intinya adalah penderitaan yang dimaknai, penderitaan yang dipelajari, penderitaan yang diberi nilai. Dengan begitu, penderitaan akan selalu terasa mengasyikkan bagi kita! 

Ingat bahwa penyesalan hanyalah penderitaan yang belum kita temukan makna di baliknya. Toh kebahagiaan pun tidak berarti apa-apa dan begitu singkat jika tidak dimaknai secara sungguh-sungguh.

Dalam kata-kata Jalaluddin Rumi, "Luka adalah tempat di mana cahaya memasukimu."

Kembali pada kecenderungan orang-orang sukses dalam mengangkat penderitaannya pada dunia; mengapa mereka lebih suka membanggakan penderitaannya di masa lalu? Apakah mereka sama bangganya dengan penderitaan yang ada di depan mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun