Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penderitaan yang Mengasyikkan

8 September 2021   20:25 Diperbarui: 8 September 2021   20:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pikir belum tentu. Mereka menghargai kepahitan mereka di masa lalu karena mereka tahu bahwa kesengsaraan itulah yang mengantarkan mereka pada titik di mana sekarang mereka berdiri dengan penuh kebanggaan dan sorakan tepuk tangan.

Mereka telah memaknai penderitaan mereka di masa lalu sehingga mereka punya kehormatan untuk mengungkapkannya pada dunia tentang betapa luar biasanya mereka sebagai sosok prajurit kehidupan yang tak kenal putus asa.

Tak pelik lagi bahwa penderitaan itu menyakitkan, meneteskan air mata darah pada siapa pun yang tidak siap terhadapnya, dan menyengsarakan mereka yang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya.

Tapi toh peti harta karun selalu tersembunyi di bawah tanah yang begitu dalam, dan tidak sembarang orang bisa mendapatkan kilauan emas yang terkandung di dalamnya. Batu-batu intan hanya bermuara di antara batu-batu menjijikkan yang padanya kita enggan menyentuhnya.

Dan toh ada nilai-nilai yang hanya bisa kita dapatkan dari lumpur hisap penderitaan, sehingga bagaimanapun gelapnya jalanan tersebut, hanya itulah yang kita punya.

Kini pertanyaannya adalah, bersediakah Anda untuk menarik diri dari pemikiran nihil-nilai itu dan mulai menyelami nilai yang terkandung dalam setiap penderitaan? Dapatkah Anda berlari ke dalam diri Anda sendiri di tengah-tengah badai tombak yang menusuk Anda?

Lorong itu begitu gelap dan menyeramkan, tetapi hanya itulah satu-satunya jalan yang kita punya untuk kemudian bernaung dalam hujan cahaya yang menghangatkan nan menggembirakan.

Toh penderitaan hanya akan bisa dinikmati dengan pertama-tama kita menganggapnya mengasyikkan. Ada semacam antusiasme untuk membuka diri pada apa yang hidup persembahkan bagi kita, dan pada akhirnya itu menjadi bekal petualangan kita sepanjang waktu.

Seperti yang dikatakan Nietzsche, "Hidup berarti menderita, bertahan hidup berarti menemukan makna dalam penderitaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun