Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menyerahlah dengan Tepat dan Elegan

21 Juli 2021   12:12 Diperbarui: 21 Juli 2021   20:51 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika sudah waktunya, menyerahlah | Ilustrasi oleh Gerd Altmann via Pixabay

Tanpa potensi internal dan potensi eksternal, perjuangan kita hanyalah jerih payah yang tiada guna dan cucuran keringat yang sia-sia. Dan pada titik inilah kita mesti sadar bahwa, kita harus menyerah.

Sekarang bayangkan skenario jika salah satu potensi sudah musnah. Agar lebih mudah, saya ambil kasus dokter lagi.

Bagaimana kalau seorang pasien sudah kehilangan nyawanya sebelum dokter tersebut memeriksa? Apakah dokter tersebut harus terus berjuang untuk memulihkan si pasien? Tidak, kita tahu bahwa dokter bukanlah Tuhan.

Premis pertama: ketiadaan potensi eksternal hanya akan menyia-nyiakan jerih payah kita. Ini seperti sesuatu yang kita sebut "nasi sudah menjadi bubur".

Bagaimana kalau seorang pasien masih mungkin untuk disembuhkan, tetapi dokter tersebut tidak bisa menanganinya karena alasan tertentu? Katakanlah pasien mengalami tumor otak, sedangkan dokter tersebut adalah seorang dokter gigi.

Dengan kata lain, potensi eksternalnya masih hidup dan punya peluang untuk terwujud, tapi potensi internalnya sudah mati. Apakah dokter tersebut harus terus berjuang? Kita tahu itu; kita tahu apa risikonya jika dokter tersebut memaksakan diri untuk menangani si pasien.

Premis kedua: ketiadaan potensi internal bukan hanya menyia-nyiakan usaha kita, tapi juga menyiksa diri sendiri dalam keterasingan. Ini seperti seorang difabel yang terlahir tanpa dua kaki tetap memaksakan diri untuk bermain sepak bola (di level normal).

Ketika saya mengatakan itu pada seorang teman, dia menyanggah, "Dokter tersebut bisa saja mempelajari tumor otak, itu artinya dia tidak boleh menyerah!"

Saya tahu, tapi jika keadaannya demikian, berarti potensi internal dari dokter tersebut belum mati! Saya menyarankan seseorang untuk menyerah ketika potensi internalnya sudah benar-benar mati, seperti kasus orang difabel tadi.

Potensi internal yang terhambat masih memungkinkan kita untuk berjuang, tetapi syaratnya, kita mesti mundur terlebih dahulu dengan risiko potensi eksternal mungkin akan terkubur sebelum kita mulai maju kembali.

Dokter tersebut bisa saja menyembuhkan pasien tadi, tapi syarat mutlaknya, dia harus mundur dari pertempuran dan menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk mempelajari tumor otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun