Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Kucing Merah yang Basah

17 Juli 2021   16:06 Diperbarui: 17 Juli 2021   17:03 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi yang kukhawatirkan adalah, apa yang lebih buruk ketika salah satu dari kami (keluargaku) pergi untuk selama-lamanya tanpa pernah mengucapkan selamat tinggal?

Tidak terbayangkan bagaimana lanskap daratan akan dipenuhi air mata kala nanti kekhawatiran itu terjadi. Tapi bagaimana pun juga, tetap bisa digambarkan. 

Bahwa salah satu dari kami akan pergi mendahului yang lain. Bahwa tragedi itu pasti akan terjadi dan hanya tinggal menghitung waktu.

Sejujurnya, aku tidak pernah menangis di hadapan keluargaku sejak terakhir kali saat anak-anak. Atau pernah satu kali ketika Kakek juga meninggal karena tabrak lari. Selain dari itu, tidak ada tangisan. Terkadang mereka heran: apa yang membuat hatiku beku?

Tidak, yang kupahami, tragedi semacam itu hanyalah siklus kehidupan yang abadi. Aku tidak mau menunjukkan kelemahanku yang terdalam hanya karena ditantang oleh kehidupan lewat hukum alamiahnya. Aku seorang kaisar kehidupan, kau tahu! 

Dan lagi pula, aku lebih cengeng dari yang disangka siapa pun. Yang membedakannya, air mataku balik ke dalam dan menyatu dengan seluruh aliran darahku yang bergejolak.

Cinta tidak mengenal objek. Kau bisa mencintai sebongkah batu yang dicaci-caci oleh seorang anak di taman kota. Kau bisa mencintai sebilah pisau yang pernah digunakan seorang pembunuh bayaran.

Kau bisa mencintai seekor kucing yang tidak pernah menanggapi semua ocehanmu.

Tetapi pada intinya, cinta yang tidak tepat justru akan menyerangmu layaknya sebuah bumerang yang kau lemparkan. Itulah mengapa luka terdalam yang pernah kau rasakan (selalu) datang dari yang engkau cintai.

Bahkan lebih dari itu, cinta yang membuat kita ketergantungan hanya bersifat merusak! Sumber cinta dari seluruh alam semesta adalah Pencipta itu sendiri. Maka cinta yang tepat selalu berasal dan menuju dari/ke Sang Pencipta.

Jika alam semesta mengujimu dengan menggoyahkan rasa cintamu, percayalah padaku bahwa itu berarti ... Tuhan ingin cintamu berada pada tempat yang tepat dan menguatkannya lewat akar terdalam yang tidak bisa dicabut oleh apa pun atau siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun